Tanya jawab

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

sikap kepada tetangga yang bukan salafy

 .SIKAP KEPADA TETANGGA YANG BUKAN SALAFIY Tetanggaku yang hidup bersamaku di kamar asrama yang ada di kampus universitas bukanlah seorang salafiy. Apakah saya wajib memuliakannya? Asy Syaikh 'Ubaid bin 'Abdillah Al-Jabiriy hafizhahullah Penanya :  Semoga Alloh memberikan keberkahan kepada engkau, wahai Syaikh kami. Pertanyaan ke-3, (penanya) mengatakan: Tetanggaku yang hidup bersamaku di kamar asrama yang ada di kampus universitas bukanlah seorang salafiy. Apakah saya wajib memuliakannya, sementara saya khawatir terkena syubuhat? Jawaban : Selama engkau diuji dengan (kebersamaan)nya, maka bersikaplah dengan tepat dan mendekati (kebenaran) (*) ketika bersama dengannya. Ucapkan salam kepadanya. Jika dia mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah salamnya. Kemudian jadikankanlah majelismu (mendekat) kepada saudara-saudaramu ahlus sunnah. Jika engkau melihat adanya keterbukaan & kelapangan dada darinya, maka tidak mengapa engkau mengingatkannya dan menasihatinya. Akan tetapi, jika engkau mengenalnya bahwa dia adalah orang yang memiliki syubhat-syubhat, maka janganlah engkau memberinya kelonggaran untuk menguasai pendengaranmu (**) Sungguh saya telah menyebutkan kepada kalian berulang-kali perkataan Ayyub As-Sikhtiyaniy rahimahullah Abu Qilabah telah berkata kepadaku: Wahai Ayyub, hafalkan (ingatlah selalu) 4 hal dariku: ▪️Janganlah engkau berbicara tentang (isi) Al-Qur'an dengan akalmu; ▪️Dan berhati-hatilah engkau terhadap (pembicaraan tentang) takdir; ▪️Dan jika para sahabat (Nabi) Muhammad ~shollallohu 'alaihi wa sallam~ disebut-sebut, maka tahanlah dirimu (***) ▪️Serta janganlah engkau memberi kelonggaran kepada para pengikut hawa nafsu untuk menguasai pendengaranmu (**), sehingga mereka membuang apa saja (syubhat) yang mereka maukan ke dalamnya (pendengaranmu).》 Para imam ahlus sunnah telah sepakat tentang Memisahkan diri dari ahlul ahwa' (para pengikut hawa nafsu; ahlul bid'ah) dan menjauhi mereka, serta tidak bermajelis dan memasang pendengaran untuk mereka. ➖➖➖➖➖➖➖ (*) Beliau berpesan untuk mengamalkan hadits ((سددوا وقاربوا)) dalam bermuamalah dengan tetangganya tersebut. Wallohu a'lam (**) Menyampaikan syubhat-syubhatnya kepadamu. (***) Jangan membicarakan keburukan mereka. ~~~~~~~~~~~~ جاري الذي يعيش معي في الغرفة في الجامعة ليس بسلفي، هل عليّ أن أُكرمه؟ الشيخ عبيد بن عبد الله الجابري حفظه اللّٰه السؤال: بارك الله فيكم شيخنا، السؤال الثالث، يقول: جاري الذي يعيش معي في الغرفة في الجامعة ليس بسلفي، هل عليَّ أن أُكرمه مع أني أخشى أن يلقنني شُبهات؟ الجواب : ما دمت بُليت به فسَدِّد وقارب معه، أَلْقِ- عليه السلام- وإذا سَلَّم عليك فرُدّه عليه، ثم اجعل مجلسك إلى إخوانك أهل السُّنّة، وإن رأيتَ منهُ رحابة صدر وانشراح فلا مانع أن تُذاكره وتناصحه، لكن إذا عرفت أنه صاحب شُبَه فلا تُمَكِّنه من سَمعِك، وقد ذكرت لكم مرارًا قول أَيُّوبَ  السَّخْتِيَانِيِّ - رحمه الله-: (قَالَ لِي أَبُو قِلَابَةَ: يَا أَيُّوبُ احْفَظْ عَنِّي أَرْبَعًا: لَا تَقُلْ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِكَ, وَإِيَّاكَ وَالْقَدَرَ، وَإِذَا ذُكِرَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم- فَأمْسِك، وَلَا تُمَكِّنُ أَصْحَابَ الْأَهْوَاءِ مِنْ سَمْعِكَ , فَيَنْبُذُوا فِيهِ مَا شَاءُوا)، وأئمة أهل السنة مُجمعون على مفاصلة أهل الأهواء والبعد عنهم وعدم مجالستهم والاستماع إليهم. 🗂 http://miraath.net/questions.php?cat=50&id=396 🔻🔻🔻🔻🔻🔻 ✍🏼 Ibnu abi Humaidi hafizhahullah 🎯 Majmu'ah Ashhaabus Sunnah 🚀 ©hannel telegram : http://bit.ly/ashhabussunnah
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum memakan daging katak / kodok

Hukum Memakan Daging Katak Dijawab oleh al-Ustadz Abu ‘Abdillah Muhammad as-Sarbini al-Makassari Alhamdulillah. Katak haram menurut pendapat yang rajih (kuat). Ini adalah pendapat al-Imam Ahmad, yang dirajihkan oleh Ibnu ‘Utsaimin dan al-Lajnah ad-Da’imah (diketuai oleh Ibnu Baz). Dalilnya adalah hadits ‘Abdurrahman bin ‘Utsman at-Qurasyi Radhiyallahu ‘anhu: أَنَّ طَبِيْبًا سَأَلَ النَّبِيَّ n عَنْ ضِفْدَعٍ يَجْعَلُهَا فِيْ دَوَاءٍ فَنَهَاهُ النَّبِيُّ n عَنْ قَتْلِهَا. “Seorang tabib bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang katak untuk dijadikan obat. NabiShalallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuhnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan al-Hakim. Hadits ini disahihkan oleh al-Albani) [1] Kata al-Lajnah, “Ini adalah dalil haramnya makan katak. Larangan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam membunuh makhluk hidup tidak lepas dari dua kemungkinan: - kehormatan makhluk itu seperti manusia. atau, – keharaman memakannya, seperti katak. Karena katak bukan makhluk terhormat, maka larangan membunuhnya tertuju kepada faktor haramnya dimakan.” Ibnu ‘Utsaimin berkata dalam Fath Dzil Jalali wal Ikram [2] “Larangan membunuh suatu jenis binatang mengandung larangan memakannya karena tidak mungkin memakannya melainkan setelah disembelih atau dibunuh.” Ya, seandainya boleh memakannya, tidak mungkin Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuhnya. Dengan demikian, tampaklah kelemahan pendapat yang mengatakan bahwa katak halal dengan alasan katak termasuk binatang air. Sebab, memakannya berkonsekuensi membunuhnya, dan ini haram. Wallahu a’lam.[3] Catatan Kaki: 1. Lihat kitab Takhrij al-Misykah (no. 4545) dan Shahih al-Jami’ (no. 6971). 2. Pada syarah hadits Ibnu ‘Abbas tentang larangan membunuh empat binatang. 3. Lihat kitab al-Mughni (2/345—346), Fatawa al-Lajnah (22/322—324), dan Fath Dzil Jalali wal Ikram (syarah hadits ‘Abdurrahman bin ‘Utsman al-Qurasyi). Sumber : Majalah Asy Syariah ================= Hewan yang Dilarang Dibunuh Haram Dimakan. Di antara hewan yang dilarang untuk dibunuh adalah burung Hudhud (dibaca: hud hud), katak, semut, dan burung Shurad. Dari Abu Hurairah rodhiyallohu 'anhu, ia berkata, ﻧَﻬَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ n ﻋَﻦْ ﻗَﺘْﻞِ ﺍﻟﺼُّﺮَﺩِ ﻭَﺍﻟﻀِّﻔْﺪَﻉِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻤْﻠَﺔِ ﻭَﺍﻟْﻬُﺪْﻫُﺪ ِ “Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam melarang dari membunuh burung Shurad (tengkek), katak, semut, dan burung Hudhud (burung Hoopoe [Ing]).” (HR. Ibnu Majah no. 3223) Burung Shurad adalah seekor burung yang berkepala dan berparuh besar, memiliki bulu yang besar, setengahnya berwarna putih dan setengahnya lagi berwarna hitam. (an Nihayah, Ibnul Atsir, 3/21) Dalam riwayat lain dari hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhu, ia berkata, ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ n ﻧَﻬَﻰ ﻋَﻦْ ﻗَﺘْﻞِ ﺃَﺭْﺑَﻊٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪَّﻭَﺍﺏِّ، ﺍﻟﻨَّﻤْﻠَﺔُ ﻭَﺍﻟﻨَّﺤْﻠَﺔُ ﻭَﺍﻟْﻬُﺪْﻫُﺪُ ﻭَﺍﻟﺼُّﺮَﺩ ُ “Sesungguhnya Nabi shollallohu 'alaihi wasallam melarang membunuh empat jenis hewan: semut, lebah, burung Hudhud, dan burung Shurad.” (HR. Ahmad 1/332, Abu Dawud no. 5267, Ibnu Majah no. 3224, Abdurrazzaq 4/451, dan al-Baihaqi 5/214. Hadits ini dinyatakan sahih oleh al Albani dalam al-Irwa’, 8/2490) Termasuk hewan yang dilarang dibunuh adalah katak, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Selain itu, katak juga tidak boleh dibunuh berdasarkan hadits Abdurrahman bin Utsman rodhiyallohu 'anhu bahwa ada seorang tabib bertanya kepada Nabi shollallohu 'alaihi wasallam tentang katak yang dijadikan sebagai obat dan Nabi shollallohu 'alaihi wasallam melarang membunuhnya. (HR. Ahmad 3/453, Abu Dawud no. 5269, Ibnu Abi Syaibah 5/62, dan ‘Abd bin Humaid no. 313. Hadits ini dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahih al- Jami’ no. 6971) Asy-Syaukani rohimahulloh berkata, “Padanya terdapat dalil haramnya memakan katak, setelah diterimanya kaidah bahwa larangan membunuh berkonsekuensi larangan memakannya.” (Nailul Authar, 15/63) Al-Khaththabi rohimahulloh menerangkan, “Dalam hadits     ini terdapat dalil bahwa katak itu haram dimakan.” (Aunul Ma’bud, 10/252)  Publikasi: WA Salafy Solo Channel Salafy Solo : https://tlgrm.me/salafysolo Rajab 1437 H
9 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

hukum berobat dengan minyak ular

BOLEHKAH BEROBAT DENGAN MINYAK ULAR? Sumber gambar: http://www.themindfulword.org/ Berikut Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah pertanyaan: ﻓﻴﻪ ﺭﺟﻞ ﻳﺴﺘﻌﻤﻞ ﺍﻟﺤﻴﺎﺕ ﻟﻠﻄﺐ،‏‎ ‎ﻭﻳﺰﻋﻢ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﻣﺒﺎﺡ ﻟﻠﻈﺮﻭﻑ‎ ‎ﻭﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺓ، ﻭﻃﺮﻳﻘﺔ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻲ‎ ‎ﺍﻟﺤﻴﺔ: ﻳﻤﺴﻜﻬﺎ ﻭﻳﻀﻌﻬﺎ ﻓﻲ ﻗﺪﺭ ﺳﻤﻦ‎ ‎ﻭﻫﻲ ﻟﻢ ﺗﻤﺖ، ﻭﺍﻟﻘﺪﺭ ﻳﻐﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ،‏‎ ‎ﻭﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻳﻌﺎﻟﺞ ﺑﺎﻟﺴﻤﻦ ﺍﻟﺬﻱ ﻃﺒﺦ ﻓﻴﻪ‎ ‎ﺍﻟﺤﻴﺔ، ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻪ ﻳﺴﻜﺮ ﺳﻜﺮﺍ‎ ‎ﺧﻔﻴﻔﺎ، ﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺘﺪﺍﻭﻱ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﺴﻤﻦ‎ ‎ﺇﺫﺍ ﺛﺒﺖ ﺃﻧﻪ ﻣﻔﻴﺪ ﻟﻠﻤﺮﺽ، ﻭﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ‎ ‎ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺤﻴﺔ ﺑﺎﻟﺴﻤﻦ ﻭﻫﻮ ﻳﻐﻠﻲ ﻋﻠﻰ‎ ‎ﺍﻟﻨﺎﺭ. Ada seseorang yang menggunakan ular untuk berobat. Ia menyangka hal tersebut boleh pada keadaan tertentu dan keadaan darurat. Cara menggunakannya yaitu: ular dipegang dan ditaruh pada wadah/periuk berisi lemak dan ular tersebut belum mati. Kemudian periuk dimasak di atas api, kemudian lemak tersebut digunakan untuk berobat. Orang yang menggunakannya akan sedikit mabuk. Apakah boleh berobat dengan menggunakan lemak ini, jika terbukti bahwa lemak ini berguna untuk orang sakit. Apakah boleh meletakkan ular dengan periuk berisi lemak kemudian dimasak dengan api? ﺝ: ﺃﻭﻻ: ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ ﻭﻫﻮ ﺣﻲ‎ ‎ﻓﻲ ﺳﺎﺋﻞ ﻳﻐﻠﻲ؛ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ‎ ‎ﺗﻌﺬﻳﺐ ﺍﻟﺤﻴﻮﺍﻥ، ﻭﻫﻮ ﻣﻨﻬﻲ ﻋﻨﻪ ﺑﻘﻮﻝ‎ ‎ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: »ﺇﺫﺍ ﻗﺘﻠﺘﻢ‎ ‎ﻓﺄﺣﺴﻨﻮﺍ ﺍﻟﻘﺘﻠﺔ « ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ. ﺛﺎﻧﻴﺎ: ﻻ ﻳﺠﻮﺯ‎ ‎ﺍﻟﺘﺪﺍﻭﻱ ﺑﺎﻟﺤﻴﺎﺕ ﻭﻻ ﺑﺎﻟﺴﻤﻦ ﺍﻟﺬﻱ‎ ‎ﻃﺒﺨﺖ ﻓﻴﻪ؛ ﻷﻧﻬﺎ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻛﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ‎ ‎ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻲ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ، ﻭﻣﻴﺘﺘﻬﺎ‎ ‎ﻧﺠﺴﺔ، ﻭﺍﻟﺘﺪﺍﻭﻱ ﺑﺎﻟﻤﺤﺮﻡ ﺣﺮﺍﻡ. Jawaban: Pertama: Tidak boleh meletakkan hewan yaitu ular pada cairan yang mendidih, karena ini merupakan penyiksaan terhadap hewan. Dilarang sesuai sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Jika kalian membunuh maka perbaguslah cara membunuh.” Kedua: tidak boleh berobat menggunakan ular tidak pula dengan lemak yang dimasak bersama ular. Karena tidak boleh (haram) memakannya menurut pendapat yang shahih dari dua pendapat ulama. Sedangkan bangkainya adalah najis. Berobat dengannya adalah haram. Masih banyak metode pengobatan lainnya lagi yang lebih baik dan lebih selamat. Karena berobat dengan yang haram ada larangannya. Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam bersabda, ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺪﺍﻭﻭﺍ ﻭﻻ ﺗﺘﺪﺍﻭﻭﺍ ﺑﺤﺮﺍﻡ “Wahai Hamba Allah, berobatlah kalian, janganlah berobat dengan yang haram.” Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﺠﻌﻞ ﺷﻔﺎﺀﻛﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﺣﺮﻡ‎ ‎ﻋﻠﻴﻜﻢ “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan/obat pada apa yang Allah haramkan bagi kalian.” Fatawa AL-Lajnah Ad-Daimah 25/26, syamilah https://telegram.me/washayasalaf
9 tahun yang lalu
baca 3 menit

Tag Terkait