Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

menuju masa depan yang cerah

Menuju Masa Depan yang Cerah Menuju Masa Depan yang Cerah Setiap orang tentu memiliki impian dan harapan yang indah tentang masa depan mereka, diperlukan motivasi dan semangat yng tinggi serta kerja keras untuk mewujudkan masa depan yang indah. Dan sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk mewujudkan masa depan yang cerah. Sahabat-sahabatku, hari ini adalah saat kita menanam benih dan masa depan adalah waktu untuk memanen. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin mengetahui masa depan maka lihatlah apa yang dilakukannya sekarang. Banyak yang mengatakan kalau hidup merupakan pilihan, tetapi kalau memang ada pilihan berarti kita bisa memilih yang terbaik. Oleh karena itu perlakukan hidup kita dengan sebaik mungkin. Orang yang paling rugi di dunia ini adalah orang yang diberikan modal tapi modal tersebut ia hamburkan sia-sia. Dan modal termahal adalah waktu. Seperti dalam surat Al-Ashr, Allah berfirman : وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “Demi masa! Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al Asr : 1-3) Allah ta’ala menjelaskan bahwa untung dan ruginya manusia dapat diukur dari sikapnya seseorang terhadap waktu. Kalau ia berani menghamburkan waktunya, maka ia tergolong orang yang mensia-siakan kehidupannya. Ada tiga jenis waktu, yaitu: Masa lalu : masa yang kita semua sudah melewatinya sehingga ada diluar kontrol kita. Banyak orang yang sengsara hari ini karena masa lalunya yang memalukan. Oleh karena itu kita harus selalu waspada, jangan sampai masa lalu merusak hari-hari kita saat ini. Masa depan : masa yang belum terjadi.yang sering kita panik dalam menghadapinya. Salah satu sebab paniknya mungkin karena sulitnya mendapatkan pekerjaan, barang perlengkapan yang serba mahal, harta pas-pasan dan yang semisalnya.Walau demikian, masa lalu dan masa depan kuncinya adalah hari ini. Masa sekarang : inilah masa yang paling penting. Karena masa depan dapat ditentukan dengan apa yang kita lakukan sekarang. Seburuk-buruk apapun masa lalu kita, kalau hari ini kita benar-benar bertaubat dan mau memperbaiki diri, dengan izin Allah segala keburukan itu akan terhapus. Demikian pula dengan masa depan, maka sungguh mengherankan melihat orang yang bercita-cita akan tetapi tidak melakukan apapun untuk meraihnya. Padahal hari ini adalah saat kita menanam benih dan masa depan adalah waktu untuk memanennya. Oleh karena itu, siapapun yang ingin mengetahui masa depannya maka lihatlah apa yang dilakukannya sekarang. Belajar menghitung Sahabatku, kita harus mulai menghitung semua yang kita lakukan. Ucapan kita sekarang adalah sebuah jaminan dan kita bisa terpuruk hanya dengan satu patah kata. Kita pun bisa menuai kemuliaan dengan kata-kata. Ilmu yang kita dapatkan sekarang adalah tabungan untuk masa depan. Bila kita dapatkan dengan cara yang tidak ikhlas, niscaya aibnya akan segera kita rasakan. Oleh karena itu, terlalu bodoh apabila kita melakukan hal yang sia-sia. Dan tidak melakukan hal-hal yang bermanfaat. Detik demi detik harus kita tanam sebaik mungkin, karena inilah bibit yang buahnya akan terpetik di masa depan. Kalau kita terbiasa berhati-hati dalam berbicara, bersikap, mengambil keputusan dan dalam menjaga pikiran atau hati. Niscaya kapan pun malaikat maut menjemputmu kita akan selalu siap. Akan tetapi kalau kita sebaliknya, berbicara sepuasnya dan berfikir sebebasnya, tak heran bila saat kematian menjemput menjadi hal paling menakutkan. Apa yang engkau lakukan saat ini itulah yang terpenting. Jangan hanya berkeinginan mendapatkan hasil yang lebih baik, akan tetapi lakukanlah sesuatu agar impian tersebut bisa terwujud. Sekali lagi! Apa yang kau lakukan saat ini akan membuat perbedan besar antara apa yang akan terjadi di masa depan dengan apa yang sudah terjadi di masa lalu. Oleh karena itu, jangan patah semangat untuk melalui segala rintangan yang akan terjadi untuk menuju masa depan. Jika kita yakin dengan kemapuan diri sendiri, maka kita akan berani mencoba tantangan baru. Sukses atau gagal tidaklah jadi masalah. Karena yang terpenting kita jangan pernah takut untuk maju sebelum berperang. Menuju masa depan yang cerah tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan, dibutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk menghadapi segala rintangan yang terjadi. Masa depan kita ditentukan dengan apa yang kita lakukan sekarang, tetapla istiqomah dan bersabar dalam menghadapi segala halangan dan rintangan karena masa depan yang cerah menunggumu. Menyongsong masa depan yang cerah Sahabatku, berikut adalah beberapa inspirasi yang insyaAllah dapat membantu kalian untuk meraih kunci masa depan yang cerah. 1. Pastikanlah hari-hari kita menjadi sarana penambah keyakinan kepada Allah. Salah satunya yaitu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hidup kita tidak akan pernah tentram kecuali dengan keyakinan Allah ta’ala. Dan pupuk dari keyakinan itu adalah ilmu. Orang-orang yang tidak suka menuntut ilmu, maka imannya tidak akan bertambah. Hidup pun akan mudah goyah dan itu berpengaruh terhadap masa depnmu. 2. Tiada hari berlalu, kecuali menjadi amal. Dimana pun kita berada, lakukanlah hal yang terbaik. Segala sesuatu harus menjadi amal baik di lihat atau tidak sama sekali. Kita jalan terus, tentunya dalam mengamalkan hal-hal yang tidak melanggar batasan syariat. Kita juga dituntut untuk bersegera dalam melakukan sesuatu, bukan menundanya. Allah berfirman : ﻓَﺎﺳْﺘَﺒِﻘُﻮﺍْ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ  “Berlomba-lombalah dalam Kebaikan” (QS. Al Baqarah 148) 3. Terus melatih diri agar mampu menasihati orang lain dalam kebenaran dan kesabaran. Dan terus melatih diri untuk mampu menerima nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Kita akan mmpu memberi nasehat jika kita senang diberi nasehat. Dari proses pengembangan diri, kita akan mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman karena ilmu dan pengalaman adalah guru terbaik untuk bisa meraih masa depan yang cerah. Ilmu dan pengalaman harus saling menopang satu sama lainnya agar tujuan kita semua bisa tercapai, insyaAllah. Sebagaimana menjadikan al-Qur’an dan sunnah sebagai sepasang sayap. Apabila salah satu patah, maka sang burung tidak akan bisa terbang tanpa sayapnya. 4. Optimis dan yakin akan kemampuan diri sendiri adalah kunci dalam meraih masa depan yang cerah. Sahabatku, jangan sampai sebuah kegagalan menjadi halangan untuk meraih masa depan. Karena dibalik kegagalan itu ada hikmah yang kita tidak mengetahuinya kecuali Allah. Belajar selalu dari kegagalan kawanku,dan jangan lupa untuk selalu berdo’a kepada Allah agar kita bisa menempuh apa yang kita inginkan. 5. Disiplin merupakan  kunci untuk bisa meraih masa depan. Hanya saja kita harus bisa selalu fokus, teratur dan terarah dengan apa yang di bangun serta apa yang dijalani dari awal. Inilah sebagian kunci untuk meraih masa depan. Intinya, apa yang engkau lakukan hari ini adalah gambaran masa depanmu. Teruslah bersungguh-sungguh dalam menghadapi rintangan yang bisa merusak masa depan kalian. Tetap bersabar dan istiqomah! Masa lalumu tidak akan sama dengan masa depan. Yang terpenting bukan apa yang kau lakukan kemarin tapi apa yang kau lakukan sekarang? Bagaimana pun bentuk kegagalan yang kau alami di masa lalu, bukan berarti kau di takdirkan menanggung hal tersebut selamanya. Jadikan kegagalan itu pelajaran berharga untuk masa depan nanti. Karena masa depan yang cerah menunggumu.. Sumber : Draft Majalah Santri Ma'had Daarul Atsar Tasikmalaya | Penulis : Rifqi Habibillah
6 tahun yang lalu
baca 7 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

demi hijrah, kami siap berjuang (kisah & motivasi)

"DEMI HIJRAH, KAMI SIAP BERJUANG" Oleh Al Ustadz Fauzi bin Nur Meninggalkan sesuatu yang disukai karena Allah memang membutuhkan kesabaran. Saat harapan dalam diri sangat tinggi namun agama tidak sejalan dengan kepentingan jiwa, saat itu ujian pun di mulai. ujian tentang kejujuran dan kesetiaan terhadap keyakinan yang tertanam, dan ujian tentag kesabaran mengalahkan kehendak jiwa, serta perjuangan menundukkan nafsu yang selalu angkuh untuk menunduk dan merendah di hadapan Allah Yang Maha Mulia. Kesabaran pun kian menyesakkan rongga dada, jika yang harus ditinggalkan memiliki nilai yang tinggi dan berkaitan erat dengan untung-rugi duniawi. Terlintas dalam benak berbagai bisik keraguan; 'Jika saya tinggalkan ini, bagaimana nasib saya nanti?! Bagaimana saya makan?! Dari mana lagi saya dapat harta?!' Tak ayal, banyak yang patah arang sebelum berjuang menuju jalan hidup yang lebih baik dan meninggalkan masa lalu yang hitam. Berhijrah memang tidak mudah; butuh kesabaran, keyakinan mantap, kejujuran hati, serta perjuangan meninggalkan segala kepentingan duniawi. Hal inilah yang dialami Rasulullah beserta para sahabatnya. Mekkah adalah tempat kelahiran dan tanah yang paling mereka cintai; tempat yang paling suci dan mulia, tempat yang paling dekat dengan Allah di muka bumi, tempat berbagai kenikmatan yang berlimpah, dan tempat berkumpulnya sanak saudara dan handai tolan yang setia. Sebaliknya, Madinah adalah tempat yang paling berwabah di tanah Arab dan begitu panas membakar kulit penduduknya. Cukuplah sebagai satu penderitaan, kenyataan Madinah bukanlah negeri mereka sendiri, dengan kata lain, berpindah ke Madinah sama saja membangun penghidupan kembali dari titik nol; lingkungan baru, suasana baru, kehidupan baru, dan tantangan baru yang siap menghadang di ujung jalan. Tatkala Rasulullah sampai di sana bersama Abu Bakar, Abu Bakar pun tertimpa demam Madinah, beliau sering berkata dalam sakit; Tiap orang berpagi hari di tengah keluarganya, sementara kematian lebih dekat dari tali sandalnya Begitu juga Bilal saat sembuh dari demamnya, ia mengatakan, Duhai kiranya aku tahu; akankah aku tidur di satu malam Di sebuah lembah dikelilingi Idzkhir dan Jalil tertanam Akankah aku datangi nanti mata air Mijannah Dan tampak olehku dua gunung Thufail dan Syamah  Kerinduan kepada tanah suci Mekkah serta kesuburan dan keindahannya tak pernah lekang oleh zaman dalam kalbu mereka dan makin dahsyat saat merasakan ujian di tanah kelaparan. Bilal pun terkadang mendoakan kejelekan bagi orang-orang yang membuatnya dan para shahabatnya meninggalkan Mekkah menuju Madinah, "Ya Allah, laknatilah Syaibah bin Rabi'ah dan 'Utbah bin Rabi'ah, serta Umayyah bin Khalaf sebagaimana mereka telah mengusir kami dari tanah kelahiran menuju tanah yang berwabah." Rasulullah pun berdoa meminta ketetapan hati para shahabatnya agar bersabar di tanah hijrah demi meraih pahala Allah, "Ya Allah lanjutkanlah untuk para shahabatku hijrah mereka, dan jangan Engkau balikkan mereka darinya..." "Ya Allah jadikanlah kami cinta terhadap Madinah seperti cinta kami kepada Mekkah atau lebih darinya, Ya Allah berkahilah pada sha' dan mud kami, berikanlah kesehatan pada Madinah dan pindahkanlah demamnya ke tanah Juhfah." Dari Abu Salamah, dari Abdullah bin 'Adi Az-Zuhri, dia mengatakan, "Aku melihat Rasulullah diatas Hazwarah (menghadap ke Mekkah) seraya mengatakan, 'Demi Allah, engkau adalah tanah Allah yang terbaik, dan tanah yang paling dicintai Allah. Seandainya saja bukan karena aku diusir darimu, aku tidak akan keluar." [H.R. At Tirmidzi]. Berlalulah perjalanan penuh perjuangan yang dilakoni oleh Rasulullah dan Abu Bakar. Dengan rencana yang matang dan tawakkal yang tinggi kepada Allah, mereka bisa lolos dari kejaran orang-orang musyrik dan para pemburu. Demikian pula dengan jalan hijrah para shahabat, tak jauh berbeda dengan jalan hijrah Rasulullah. Mereka harus menghadapi tantangan yang tidak ringan demi meninggalkan masa lalu yang kelam menuju jalan yang diridhai Allah. JALAN HIJRAH ABU SALAMAH Tekad kuat Abu Salamah telah kuat. Ia akan membawa anak dan istrinya ke tempat yang lebih aman. Musyrikin Mekkah sudah keterlaluan memperlakukan kaum muslimin. Tidak ada ketenangan lagi untuk tetap bertahan. Demi masa depan keluarga, harta dan kekayaan bukan lagi hal yang berat untuk di tinggalkan. Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik. Unta sudah siap, lengkap dengan perbekalan untuk perjalanan tiga orang. Abu Salamah, Ummu Salamah, dan anak laki-laki mereka, Salamah. Dengan sigap, Abu Salamah menaikkan keluarga kecilnya di atasnya. Sebuah perjalanan panjang menuju hidup baru akan dimulai. Ia pun menuntun unta tersebut meninggalkan rumah dan tanah kelahirannya. Tak berselang lama berjalan, tiba-tiba ia di kejutkan oleh beberapa laki-laki dari Bani Mughirah; saudara sekabilah Ummu Salamah. Mereka pun menghadangnya, " Adapun jiwamu sendiri, kamulah yang memenangkannya dari kuasa kami." Ucap mereka. "Namun, istrimu ini... bagaimana mungkin kami membiarkan kamu pergi membawanya?!" Serta merta mereka merebut tali kekang dari dua tangannya lalu membawa pulang Ummu Salamah dan anaknya. Asa yang sudah di bangun untuk berhijrah bersama runtuh seketika. Abu Salamah tak berdaya melawan keegoisan para Bani Mughirah yang ada di depannya. Hanya Allah yang bisa terus menjaga Ummu Salamah dan anak tercintanya. Mendengar perlakuan kasar Bani Mughirah terhadap Abu Salamah, Bani Abdul Asad kabilah Abu Salamah pun murka. Mereka pun berusaha merebut Salamah putra Ummu Salamah dari pelukannya. "Tidak, demi Allah," kata mereka. "Tidak akan kami tinggalkan anak kami bersamanya, karena kalian telah memisahkan dia dengan saudara kami (Abu Salamah)." Anak kecil itu pun diperebutkan antar mereka, hingga Bani Abdul Asad berhasil menarik tangannya dan membawanya. Kini tak hanya Abu Salamah yang merasakan kekosongan batin dengan berpisah dengan istrinya. Namun, Ummu Salamah pun harus menerima kenyataan pahit; anak yang dirawat dalam pelukannya tiba-tiba pergi meninggalkan pangkuan dan ayunan hampa. Ummu Salamah mengatakan, "Terpisahlah aku, suamiku, dan anakku..." Tak terasa lagi kedamaian dalam hidupnya. Padahal ia hidup di tengah keluarga besarnya. Apa arti hidup, jika berpisah dari orang-orang tercinta?! Apa arti keluarga, jika tidak memahami kesedihan yang dirasakan anggotanya...? Setiap pagi Ummu Salamah berjalan keluar dan terduduk di Al Abthah. Butiran air pun mulai menetes dari dua matanya mengingat keluarga kecil yang penuh cinta. Ia pun tak berhenti menangis disana hingga tiba senja. Setiap hari hingga hampir setahun penuh tak kunjung kering air yang menetes dari matanya. Sampai suatu pagi, seseorang dari kabilahnya lewat dan melihat kesedihan mendalam yang dirasakan Ummu Salamah. Timbullah rasa iba dan kasihan padanya. Ia pun membujuk kabilahnya agar membiarkan Ummu Salamah pergi dan kembali hidup dengan keluarga kecilnya. "Tidakkah kalian biarkan saja wanita yang sengsara ini pergi?! Kalian sudah memisahkan dia dengan suami dan anak laki-lakinya." bujuk orang itu kepada Bani Mughirah. Akhirnya mereka melepaskannya, begitu pula Bani Abdul Asad membebaskan Salamah dan menyerahkannya kepada ibunya. Ummu Salamah bercerita, "Aku pun menyiapkan tunggangan, lalu aku ambil anakku dan aku bawa ke kamar. Aku pun keluar untuk menyusul suamiku di Madinah." "...dan tidak ada seorang makhluk pun bersamaku. Aku pun bergumam, 'Akan kutitipkan pesan kepada siapapun yang aku temui agar suamiku menjemputku." Setibanya di Tan'im, mereka berdua bertemu dengan seorang bernama Utsman bin Thalhah dari Bani Abdid Dar. Melihat keduanya Utsman pun bertanya, "Hendak kemana, wahai putri Abi Umayyah?" "Ke Madinah, menyusul suamiku." "Tidakkah seorang bersamamu?" "Tidak, demi Allah. Kecuali Allah dan putraku ini." "Demi Allah, tidak pantas kalian ditinggalkan sendirian" Utsman pun meraih tali kekang unta dan menuntunnya menuju Madinah. Meski Utsman bin Thalhah belum masuk Islam di saat itu. Namun tabiatnya begitu baik dan beradab. Ia begitu menjaga kehormatan dirinya dan wanita yang diantarkannya. Tiap kali mereka berhenti di persinggahan, Utsman menderumkan untanya lalu meninggalkan Ummu Salamah turun dengan sendirinya. Jika Ummu Salamah sudah turun ia pun kembali dan membawa unta tersebut menjauh. Setelah ia mengingatkan untanya, ia pun berbaring istirahat di dekat unta tersebut dan tetap menjauh dari Ummu Salamah. Tiba waktu berangkat, ia pun melakukan hal yang sama; menjaga kehormatannya dan kehormatan wanita yang bersamanya. Demikianlah tabiat yang luhur menjaga kehormatan seseorang. Meski belum masuk cahaya Islam dalam kalbu, bukan alasan untuk melanggar kehormatan dan hak-hak antar manusia. Utsman terus menuntun mereka hingga tiba di Madinah. Sesampainya mereka di kampung Bani Amr bin Auf di Quba, ia mengatakan, "Suamiku ada di kampung ini. Masuklah ke sana atas keberkahan Allah." serta merta Utsman pun pergi kembali ke Mekkah. Ummu Salamah pun selalu mengenang perjuangannya dalam berhijrah, "Demi Allah, aku tidak tahu ada keluarga dalam Islam yang tertimpa seperti apa yang menimpa keluarga Abu Salamah. Dan aku tidak melihat satu teman pun yang lebih mulia daripada Utsman bin Thalhah." Ya, meski halang dan rintang menghadang, jalan pun tak semulus apa yang di bayangkan. Namun, karena yakin janji Allah, beratnya ujian takkan membuat urung begitu saja tekad yang sudah membulat. Cukuplah bersabar dan terus berjalan menuju jalan-Nya, pasti Allah akan datang dengan pertolongan-Nya; hari ini, esok hari, atau suatu saat nanti. Pasti Allah akan kabulkan harapan kita. Abu Salamah berhijrah ke Madinah satu tahun sebelum baiat Aqabah. Dengan kata lain beliau merupakan shahabat yang paling awal berhijrah ke Madinah. Terdapat perbedaan pendapat antara ahli tarikh; apakah Abu Salamah yang lebih dahulu hijrah ke Madinah ataukah Mus'ab bin Umair? Jawabannya, kedua-duanya bisa dikatakan yang pertama kali. Bedanya, Abu Salamah hijrah karena pergi menghindari gangguan kaumnya, sedangkan Mus'ab bin Umair berangkat untuk tinggal di Madinah dan mengajarkan Islam kepada penduduknya. JALAN HIJRAH UMAR BIN AL KHATTHAB Ibnu Ishaq meriwayatkan dalam kitabnya tentang hijrahnya shahabat mulia Umar bin Al Khaththab dan Ayyas bin Rabi'ah Al Makhzumi. "Kami saling berjanji saat ingin berhijrah ke Madinah; aku, Ayyasy bin Abi Rabi'ah, dan Hisyam bin Al Ash bin Al Wail As-Sahmi. Kami berjanji untuk bertemu di Tanabudh, mata air Bani Ghifar diatas Saraf." Mereka berusaha menyembunyikan dan merahasiakan rencana semaksimal mungkin. Dengan menampakkan bahwa tidak ada rencana apapun esok di tempat tersebut. Umar mengatakan, "Siapapun di antara kita yang tidak terlihat di sana di waktu pagi, berarti ia ditahan oleh kaumnya." Umar pun datang, begitu pula Ayyasy. Namun Hisyam tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Berarti Hisyam pasti ditahan. Dan benarlah ia ditangkap sebelum berhasil lari dari kaumnya. Umar dan Ayyasy pun bersegera berangkat ke tanah hijrah dan berhasil sampai di kampung Bani 'Amr bin 'Auf. Beberapa waktu berlalu di kampung itu. Suatu hari datanglah dua orang musyrikin Mekkah mencari Ayyasy bin Abi Rabi'ah. Mereka adalah Abu Jahl bin Hisyam dan Al Harits bin Hisyam; saudara seibu Ayyasy. "(Wahai Ayyasy), sungguh ibumu telah bernazar tidak akan menempelkan sisir di kepalanya sampai melihatmu. Ia juga tidak akan berlindung dari cahaya matahari sampai melihatmu. Menyisirlah untuknya!" Pesan Abu Jahl dan Al Harits. Timbul rasa khawatir dalam diri Ayyasy mendengar kabar tentang ibunya. Bagaimanapun Ibu adalah orang yang memiliki kedekatan batin dengan hidupnya. Kemantapan hijrah dijalan Allah pun sedikit goyah menghadapinya. Namun, Umar yang mendengar penuturan dua musyrik tidak percaya begitu saja. Dengan firasatnya yang tajam, ia bisa membaca kilas kebohongan dari dua mulut yang berbicara dihadapannya. Tidak mudah percaya begitu saja dengan orang yang menjadi musuhnya. Umar mengatakan pada Ayyasy, "Wahai Ayyasy, demi Allah, mereka hanya ingin menangkap dan menyiksamu untuk meninggalkan agamamu, berhati-hatilah dari mereka! Demi Allah, seandainya kutu rambut sudah menyakiti ibumu pasti dia akan menyisirnya juga. Dan jika panas di Mekkah semakin berat pasti dia akan berteduh juga." Ayyasy pun mengatakan, "Aku akan kabulkan sumpah Ibuku. Dan aku punya harta yang bisa aku ambil di sana." Ayyasy sudah tidak tenang mendengar kabar tentang ibunya. Demikianlah dahsyatnya (fitnah) ujian di saat datang, bisa menumpulkan tajamnya pikiran, dan menggoyah pendirian bahkan keyakinan. Rasulullah bersabda yang artinya, 'Orang yang beruntung adalah dia yang dijauhkan dari fitnah (ujian)." Umar pun tak berhenti membujuknya "Demi Allah kamu tahu, bahwa aku termasuk Quraisy yang paling banyak hartanya. Akan aku berikan setengah hartaku dan jangan pergi bersama mereka!" Namun, Ayyasy tetap bersikeras untuk pulang dan Umar dan Umar pun tak punya kuasa lagi untuk menahannya. Dia mengatakan, "Baiklah, kalau kamu bersikeras untuk tetap pergi, bawalah unta betinaku ini! Unta ini bisa berlari dengan cepat. Pegang saja punggungnya. Jika sedikit saja kamu mulai ragu dengan mereka berdua berlarilah di atasnya!" Subhanallah, benar-benar permisalan kesetia-kawanan yang sempurna. Bagaimanapun keselamatan teman harus diupayakan, apalagi keselamatan yang menyangkut dunia akhiratnya. Asalkan di atas kebenaran dan membantunya Istiqamah diatas jalan yang lurus, berapapun harta yang dikorbankan tak akan jadi soal. Ya, setiakawan di atas kebenaran. Akhirnya, Ayyasy pergi dengan membawa unta betina tersebut. Dia mengikuti langkah dua musyrik pembawa kabar ibunya. Dua musuhkah atau dua saudara? Entahlah, semoga ia bisa kembali lagi ke tanah hijrah ini. Di tengah perjalanan, Abu Jahl mengeluhkan untanya yang berjalan lambat. Sementara unta Ayyasy berjalan dengan cepat dan kuat. "Wahai anak pamanku." kata Abu Jahl. "Sungguh untaku ini sudah berat berjalan. Kiranya engkau mau bergantian denganku memakai untamu?" "Tentu,"  sambut Ayyasy. Ia pun menderumkan untanya begitu pula Abu Jahl dan Al-harits untuk bertukar kendaraan. Dan di saat mereka telah berdiri di samping unta masing-masing, tiba-tiba dua orang itu menangkap Ayyasy dan mengikatnya. Mereka pun membawa Ayyasy ke Mekkah; bukan untuk menunaikan sumpah ibunya. Itu hanya bualan mulut Abu Jahl. Namun kembali kepada deraan siksa musyrikin yang tak henti-henti. Seraya membawa Ayyasy masuk Mekkah dalam ikatannya, Abu Jahl dan Al Harist mengatakan, "Wahai penduduk Mekkah, beginilah yang harus kalian lakukan menghadapi orang-orang bodoh diantara kalian. Seperti yang kami lakukan terhadap orang bodoh kami ini." Demikianlah hari-hari penuh perjuangan itu berjalan; ada yang berhijrah dengan ikhlas dan tekad yang mantap, Allah memudahkan jalannya untuk menetap, ada pula yang berhijrah dengan ikhlas dan tekad yang kuat, namun Allah uji dengan berbagai rintang penghalang. Itulah jalan ibadah kepada Allah, menyingkap siapa yang kuat dan siapa yang lemah iman. Umar mengatakan, "Dulu kami selalu mengatakan, 'Allah tidak akan menerima lagi dari orang yang kalah menghadapi ujian taubat dan ganti darinya. Mereka orang-orang yang sudah mengenal Allah lalu kembali kepada kekufuran karena ujian yang menderanya.' Ini pula yang mereka katakan dalam diri mereka, "...lalu Rasulullah pun tiba di Madinah, Allah pun menurunkan ayat tentang mereka dan tentang ujian kami dan mereka. "Katakanlah (wahai Rasulullah), 'Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa; Sesungguhnya Dia lah juga Yang Maha Pengampun, lagi Maha Pengasih. Dan kembalilah kamu kepada Rabb kamu dengan bertaubat, serta berserah dirilah kepada-Nya, sebelum kamu didatangi azab; Karena sesudah itu kamu tidak akan diberikan pertolongan. Dan ikutilah Al-Quran sebaik-baik yang diturunkan kepada kamu dari Rabb kamu, sebelum kamu didatangi azab secara tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya." [Q.S. Az-Zumar : 53-56] Umar pun menuliskan ayat tersebut di sebuah lembaran kertas dan mengirimkannya kepada Hisyam bin Al-Ashy sebagai bentuk nasehat sekaligus kabar gembira bahwa masih ada kesempatan untuk kembali ke jalan Allah hingga kapanpun. Sampailah surat tersebut kepada Hisyam. "Surat itu datang kepadaku," kata Hisyam. "...Aku pun mulai membacanya di Dzi Thuwa. Aku mengulang membacanya, namun aku tidak paham maksudnya. Aku pun berkata, 'Ya Allah pahamkanlah ayat ini untukku..." "...Allah pun melemparkannya dalam kalbuku, 'Aku pun paham; ayat ini berbicara tentang kami dan apa yang selalu kami katakan dalam diri kami." Tanpa menunggu waktu lama, Hisyam bergegas menyiapkan kendaraannya dan berangkat menuju tanah hijrah demi rida Allah dan kebahagiaan di negeri yang abadi. Hijrah dalam konteks umum yang berarti meninggalkan segala bentuk amalan yang dimurkai Allah membutuhkan perjuangan yang kuat. Cukuplah menjadi figur kita, mereka yang telah meninggalkan segala kepentingan dunia menuju jalan lain yang dipenuhi duri dan luka. Semua itu demi membuktikan cinta dan yakin kita akan janji Allah. Wallahu a'lam Majalah Qudwah edisi 58 vol.05 1439H/2018M hal. 81
6 tahun yang lalu
baca 16 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

cara identifikasi hoax ala islam

CARA IDENTIFIKASI HOAX Oleh Al -Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc. Ada beberapa faktor yang menguatkan banyak bermunculannya pemberitaan dusta di tengah masyarakat. Di antaranya, kerusakan moral manusia di akhir zaman, hilangnya sifat wara' dan takwa pada mayoritas manusia, ditambah dengan teknologi informasi yang terus pesat berkembang. Pemberitaan dusta atau palsu inilah yang lebih populer saat ini dengan sebutan hoax (Ing.), yaitu informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya [1]. Dari definisi ini, tampak adanya rekayasa dan upaya untuk memoles kedustaan dengan berbagai cara agar setiap pembacanya memandang hoaks sebagai sebuah kebenaran dan fakta. . Hoaks yang beredar di masyarakat saat ini sangat beragam karena banyaknya pihak yang membuatnya dengan berbagai tujuan dan sasaran. Dari sisi siapa yang membuat, bisa jadi hoaks berasal dari musuh-musuh Islam yang sengaja membuatnya demi menyerang Islam. Contohnya, berita dusta kaum munafikin (Haditsul Ifk) yang ditujukan untuk mencoreng kemuliaan keluarga Rasulullah, dan berita-berita dusta Abdullah bin Saba' Al- Yahudi untuk menggulingkan Khalifah Utsman bin Affan. Hoaks bisa juga dibuat oleh kelompok oposisi untuk memunculkan rasa takut di tengah-tengah masyarakat demi menggoncang kekuasaan kelompok yang sedang berkuasa di sebuah negara. Hoaks dibuat bisa jadi ditujukan kepada individu, kelompok, penguasa, atau bahkan Islam sebagai agama Allah yang Dia ridhai.  Beredarnya hoaks tentu saja menjadi sebuah tantangan. Ini adalah ujian dari Allah yang harus dihadapi oleh seorang hamba dengan bimbingan syariat. Sebagai pengikut Nabi Muhammad, sudah seharusnya kita menjadi yang terdepan dalam mewaspadai dan memerangi kedustaan, bukan sebaliknya, menjadi bagian para penyebar dusta. Wal 'iyadzu billah. KEJUJURAN DAN KUDUSTAAN MEMILIKI TANDA Kejujuran dan kedustaan pasti memiliki tanda-tanda yang menunjukkan kejujurannya atau jejak-jejak kedustaannya. Pepatah negeri ini mengatakan, Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Artinya, orang yang baik akan meninggalkan nama baik, sedangkan orang jahat akan meninggalkan nama buruk.  Kejujuran memiliki tanda-tanda, demikian pula kedustaan pasti ada tanda-tanda kedustaan yang mengiringinya. Bahkan, lebih dari itu, wajah orang-orang yang jujur memancarkan tanda kejujuran dan keteduhan hati. Di sisi lain, seorang pendusta akan tampak tanda-tanda kedustaannya pada raut muka atau gerik gerak-gerik tubuhnya. Kisah sahabat Abdullah bin Salam (salah seorang pemuka dan ulama Yahudi saat itu yang masuk Islam) pada hari kedatangan Rasulullah di kota Madinah berikut menjadi salah satu contoh dari apa yang kita sebutkan. Abdullah bin Salam, dia berkata,  لما قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة انجفل الناس اليه فكنت فيمن اتاه، فلما رايت وجهه عرفت انه غير وجهه كذاب، فسمعته يقول : ايها الناس افشوا السلام، واطعموا الطعام، وصلوا الارحام، وصلوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنه بسلام "Ketika Rasulullah tiba di kota Madinah, manusia berkumpul menyambut beliau. Aku termasuk diantara yang mendatangi beliau. Ketika melihat wajahnya, aku yakin bahwa yang aku lihat bukan wajah pendusta. Ketika itu aku mendengar beliau bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambungkan rahim, dan shalatlah di tengah malam saat manusia tidur, niscaya kalian masuk Jannah dengan keselamatan."  Demikianlah Baginda Rasul. Beliau membawa kebenaran dan kejujuran. Tanda-tanda kebenaran beliau selalu mengiringi ucapan dan perbuatan, bahkan manusia bisa melihat kejujuran dari wajah beliau. Masa muda beliau sebelum diutus menjadi nabi dan rasul juga menjadi salah satu bukti kebenaran dakwah beliau.  Musyrikin Quraisy sepakat akan kejujuran dan amanah sosok Muhammad. Masa lalu beliau yang bersih dari kedustaan dijadikan dalil oleh Heraklius akan kebenaran risalah dan nubuwah beliau.  Munafik adalah kaum pendusta. Dalam tarikh Islam, diantara sebab terjadinya fitnah-fitnah besar adalah kedustaan kaum munafik. Keberadaan mereka membahayakan Islam dan kaum muslimin. Akan tetapi, diantara kasih sayang Allah, kedustaan mereka terbongkar dari tanda-tanda yang mengiringi kedustaan mereka.  Allah berfirman,  أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ *  وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ "Atau apakah orang-orang yang ada penyakitdalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakan kedengkian mereka? Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." (Muhammad : 29-30) IDENTIFIKASI HOAKS DICONTOHKAN PARA ULAMA Para ulama Islam sesungguhnya telah memberikan contoh dalam menyikap berita-berita dusta. Salah satu contoh yang sangat bermanfaat kita ketengahkan di sini adalah kegigihan para ulama dalam menyingkap kedustaan para pemalsu hadits.  Para ulama hadits telah meletakkan kaidah-kaidah ilmiah untuk mengidentifikasi dan menyingkap kelemahan dan kedustaan berita-berita tarikh dan hadits-hadits maudhu' (palsu) yang disandarkan kepada Rasulullah.  Asy-Syaikh 'Utsman Al-Makki berkata, "Ulama telah memberikan perhatian (khusus) dengan mengumpulkan hadits-hadits palsu serta menerangkan dengan sejelas-jelasnya (kepalsuan hadits tersebut). Semoga Allah memberikan balasan kepada mereka dan Allah tempatkan di jannah-Nya yang luas." (al-Qalaid al-'Anbariyah 'Alal Manzhumatil Baiquniyah hlm.  106-107) Allah membimbing hati mereka sehingga mampu membedakan hadits-hadits Rasulullah yang sahih dan tampak jelas cahayanya, dengan hadits-hadits tidak sahih yang sangat tanpak kegelapannya. Ar-Rabi' bin Khutsaim [2] rahimahullah berkata, "Sungguh, hadits (sahih) itu memiliki cahaya sebagaimana cahaya siang yang dikenal, sedangkan (hadits palsu memiliki) kegelapan sebagaimana gelapnya malam yang diingkari."[3]  Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menulis sebuah kitab yang berisi kaidah sekaligus contoh dalam mengidentifikasi hadits-hadits palsu. Kitab berjudul Al-Manarul Munif bisa menjadi rujukan sebagai salah satu contoh peninggalan ulama Islam dalam upaya mereka mengidentifikasikan kedustaan dalam hadits-hadits Rasulullah dan riwayat-riwayat tarikh.  MENGIDENTIFIKASI HOAKS  Kembali kepada pembahasan hoaks yang menjadi salah satu tantangan kita pada zaman ini. Banyak langkah yang bisa dilakukan untuk mengenali berita dusta sebagaimana telah disosialisasikan oleh pihak yang berwenang atau lembaga pemerintah - seperti Polri dan Kemenkominfo - yang bertugas menangani merebaknya hoaks yang sangat merugikan masyarakat, bangsa, dan negara.  Bagi kita, dengan terus mengingat bimbingan Islam dalam mewaspadai berita-berita dusta ada beberapa contoh langkah sederhana yang mungkin membantu dalam identifikasi awal berita-berita hoaks. Di antara langkah tersebut:  1. HATI-HATI DENGAN JUDUL PROVOKATIF  Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Misalnya, dengan langsung menudingkan jari ke pihak-pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah dan direkayasa agar menimbulkan persepsi sesuai dengan yang dikehendaki oleh sang pembuat hoaks.  Oleh karena itu, apabila seseorang menjumpai berita dengan judul provokatif, kita bisa mencari referensi berupa berita serupa dari situs daring (dalam jaringan atau online) resmi yang telah diverifikasi oleh pemerintah. Selanjutnya, bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.  2. CERMATI ALAMAT SITUS  Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya situs yang menggunakan domain blog, informasinya bisa dikatakan meragukan. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tidak mencapai 300 situs. Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.  3. PERIKSA FAKTA  Perhatikan darimana berita yang Anda dapatkan berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi? Apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, LSM, atau pengamat, sebaiknya jangan cepat percaya. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.  Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan berita yang dibuat berdasarkan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti. Adapun opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subjektif.  4. CEK KEASLIAN FOTO  Pada era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Foto-foto yang digunakan biasanya sudah lama dan berasal dari kejadian di tempat lain. Keterangannya pun sudah dimanipulasi. Berita hoaks berupa foto dan gambar yang dimanipulasi cukup banyak terjadi dan tersebar di media sosial.  Sebagaimana diketahui, dengan kecanggihan teknologi, dua orang yang tidak pernah bertemu bisa disajikan seakan-akan bertemu dalam sebuah foto yang telah direkayasa dan dimanipulasi. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.  DUA SISI IDENTIFIKASI HOAKS  Apa yang telah disebutkan di atas adalah salah satu langkah sederhana dalam mengidentifikasi hoaks. Masih banyak poin lain untuk menyingkap berita dusta. Akan tetapi, secara global identifikasi terwujud dengan melihat salah satu dari dua sisi atau sekaligus kedua sisi berikut.  1. Meneliti pembawa atau sumber berita. 2. Meneliti konten atau isi berita.  Adapun sisi pertama, meneliti pembawa atau sumber berita, kita akan mencium aroma hoaks manakala sumber berita tidak jelas, atau tidak ada yang bisa dimintai klarifikasi atau tanggung jawab. Demikian pula hoaks akan tersingkap ketika media penyebar berita tidak jelas alamat dan susunan redaksinya. Media abal-abal seperti inilah yang biasa menulis dan menyebarkan berita hoaks.  Sisi kedua, meneliti konten atau isi berita. Biasanya, aroma kedustaan ini sangat kental terasa ketika  konten berita menciptakan kecemasan di tengah masyarakat, kebencian, permusuhan.  berita memuat foto dan keterangannya yang telah dimanipulasi.  berita berisi pesan-pesan sepihak, menyerang, dan tidak netral atau berat sebelah (one-side) mencatut nama tokoh berpengaruh atau memakai nama-nama yang mirip dengan media-media terkenal.  memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, surat rakyat.  judul dan pengantarnya provokatif dan tidak sesuai dengan isinya.  memberi penjulukan.  menggunakan argument dan data yang sangat teknis supaya terlihat ilmiah dan dipercaya. [4]  MELAPORKAN BERITA DAN INFORMASI HOAKS Maksud dari judul ini bukan mengajak pembaca untuk sibuk mencari berita-berita hoaks dan memenuhi hari dengan identifikasi hoaks untuk kemudian dilaporkan kepada pihak yang berwenang.  Dalam hal ini pemerintah telah menyiapkan berbagai peranti dan lembaga khusus untuk melacak berita-berita dusta (hoaks) yang merugikan negara dan masyarakat, seperti berita hoaks yang menimbulkan keresahan dan rasa takut.  Ketika ada berita-berita yang meresahkan masyarakat serta mengganggu stabilitas keamanan, ada pihak-pihak yang bekerja keras menyingkap hakikat berita yang beredar, benar atau hoaks belaka.  Berikut ini sebuah contoh yang sedikit memberi gambaran tentang sebagian upaya pemerintah -dalam hal ini Polri- untuk menangani hoaks yang beredar di tengah masyarakat.  Pascatragedi bom bunuh diri di Surabaya, tersebar berita berantai yang mengabarkan adanya aksi-aksi serupa yang akan terjadi di beberapa tempat baik di Surabaya dan Jakarta. Berita ini pun dibantah dan dinyatakan hoaks oleh Humas Polda Metro Jaya.  Humas Polda Metro Jaya menyatakan, pesan berantai yang menyebutkan wilayah DKI Jakarta dalam keadaan rawan pasca - aksi teroris yang terjadi di Surabaya adalah tidak benar atau hoaks.  "Berkaitan dengan broadcast yang beredar ada info bahwa Polda Metro Jakarta siaga satu, kemudian ada nomor-nomor yang bisa dihubungi, kemudian nama-nama tempat perbelanjaan di Jakarta dan Surabaya, jadi saat ini kami sampaikan bahwa itu semua adalah tidak benar," tegas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya Senin (14/5/2018)  Kepolisian adalah salah satu lembaga pemerintah yang bertugas untuk menerima laporan hoaks. Selain itu, mereka juga punya tugas untuk melacaknya dan memberikan penjelasan kepada masyarakat. Oleh karena itu, apabila kita sebagai warga negara -terlebih seorang muslim- menjumpai informasi hoaks, hendaknya kita sampaikan kepada pihak yang berwenang sebagai bentuk pencegahan agar hal tersebut tidak tersebar dengan tidak berakibat buruk bagi masyarakat.  Pengguna internet bisa melaporkan hoaks tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media. Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Repost Status dan kategorikan informasi hoaks sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut. Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga Instagram.  Di samping itu, sebagai pengguna internet, Anda juga dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan surel (e-mail) ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id. [5] Wallahul Muwwafiq. Sumber : Majalah Asy-Syariah edisi 122/XI/1440H/2018 hal.20  ------------ [1] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan_palsu [2] Tabi'in mukhadhram (seorang yang menjumpai zaman Nabi tetapi tidak berjumpa dengan beliau). Beliau meninggal pada 61 H atau 63 H. [3] Al-Fasawi meriwayatkan dalam al-Ma'rifah wat-Tarikh (2/564), juga disebutkan oleh al-Khatib dalam al-Kifayah fi 'Ilmir Riwayah hlm. 431. [4] https://kominfo.go.id/content/detail/12952/ancam-persatuan-ini-tips-dan-cara-polri-kenali-berita-hoax/0/sorotan_media diakses pada 10 Juni 2018 [5] Diringkas dari artikel Ini Cara Mengatasi Berita Hoax di Dunia Maya, https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media diakses pada 10 Juni 2018
6 tahun yang lalu
baca 13 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tua-tua keladi, tambah tua makin lupa diri

"Tua-Tua Keladi, Tambah Tua Makin Lupa Diri" Oleh : Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i "Berlari, hingga hilang pedih peri, dan aku akan lebih tidak perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi." Peggal bait puisi ini tentu dikenal dekat oleh ahli sastra maupun penggemar prosa dan puisi. Bahkan, kalangan awamnya banyak yang pernah mengenal bait-bait gubahan Khairil Anwar diatas. Aku mau hidup seribu tahun lagi! Kelihatan indah memang. "Mengandung seni yang tinggi." kata sebagai orang. Namun, sebuah ayat di dalam Al Qur'an, firman Allah menerangkan hal yang berbeda. Jangan pernah ucapkan, "Urusan seni berpuisi tidak ada hubungannya dengan agama!" Ingat-ingatlah selalu bahwa Islam, agama kita, mengatur segala-galanya. Islam itu sempurna! Keinginan untuk bisa hidup seribu tahun lagi, keinginan siapa? Allah menyebutnya sebagai angan-angan kosong kaum Yahudi. Apakah terbatas pada mereka saja? Tidak! Hal ini berlaku untuk kaum Yahudi dan orang-orang yang mempunyai kesatuan angan, mau hidup seribu tahun lagi. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 96: وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِۦ مِنَ ٱلْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ "Dan sungguh kamu akan mendapati mereka sebagai manusia yang paling berambisi terhadap kehidupan (di dunia), bahkan (lebih ambisi lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." [Q.S. Al-Baqarah: 96] Ada banyak tafsiran yang disebutkan oleh ulama tentang ayat diatas. Al Hafidz Ibnu Katsir telah menukil sebagiannya secara ringkas di dalam Tafsirnya. Namun, sengaja saya menukilkan keterangan Asy Syaikh As Sa'di di dalam Tafsir Karimir Rahman. Kata beliau, "Kemudian Allah menyebutkan ambisi besar mereka terhadap dunia. Allah berfirman yang artinya, 'Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun.' Ambisi semacam ini adalah ambisi terbesar. Mereka berangankan satu kondisi yang mustahil. Padahal sejatinya, andai diberi umur panjang seperti angan-angan mereka, hal itu tidak akan bermanfaat sedikit pun. Hal itu pun tidak akan bisa menyelamatkan mereka dari azab sedikit pun." Kesimpulannya? Al 'Ibrah laisat bil 'umr, wa innamal 'ibratu bima fa'ala minal khair. Tolak ukurnya bukan pada panjang umurnya, namun kebaikan apa yang diperbuat seumur-umur. Ada sekian banyak hamba yang hanya berumur pendek, akan tetapi manfaat yang bisa ia berikan untuk Islam dan umat sangat banyak. An Nawawi rahimahullah adalah contoh yang yang sering disebut oleh para ulama. Meninggal masih dalam usia muda, emapt puluh lima tahun. Namun begitu, beliau telah mewariskan banyak ilmu untuk kita. Al Imam As Sakhawi (Hayaatul Iman An Nawawi hal 22) memuji An Nawawi. "Inilah karya-karya beliau, kurang lebih berjumlah lima puluh kitab. Semuanya -seperti kata Al Kamal Al Adfawi-, dalam waktu singkat dan usia masih muda." Iya, siapa yang tidak kenal dengan karya-karya beliau? Arbain An-Nawawi, Riyadhush Shalihin, Syarah Shahih Muslim, Ar Raudhah, Al Adzkaar, Majmu' Syarhul Muhadzab, At Tibyan, Manaqib Asy Syafi'i dan Tahdzibul Asma' hanyalah sederet contoh karya beliau yang memenuhi perpustakaan kaum muslimin. Baca : Berapa Harga Anak Kita? (Sebuah Renungan) Sumber : Majalah Qudwah edisi 16/2014 hal. 47 Tua-Tua Keladi, Tambah Tua Makin Lupa Diri
6 tahun yang lalu
baca 4 menit