Adab & Akhlak

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

adab-adab dalam menasehati

ADAB-ADAB DALAM MENASEHATI . 1. Ikhlas karena Alloh Azza Wa Jalla,  Wajib niatnya hanya mengharap wajah Alloh Ta'alaa semata. 2.Tidak boleh ditujukan untuk fitnah (disebar luaskan-pent) , penyakit ini banyak terjadi dikalangan manusia, engkau melihat seseorang menasehati dengan cara kasar/keras,  Maka seseorang seharusnya tidak meniatkan untuk fitnah ( disebar luaskan ). 3.Hendaklah nasehat tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi,  Oleh karena itu Imam syafi’i berkata: “Barangsiapa menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi, berarti ia telah menasehati dan mengindahkannya. Barangsiapa menasehati dengan terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya. " 4. Hendaklah nasehat tersebut dengan cara yang lembut dan dengan adab yang baik dan dengan cara yang halus,  Sebagaimana Nabi Shallohu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya kelembutan itu, tidaklah terdapat pada sesuatu kecuali akan membaguskannya, dan tidaklah dihilangkan dari sesuatu kecuali akan menjelekkannya.” ( HR Muslim ). 5.Tidak mengIlzam ( Memaksakan kehendak ) Salah satu kewajiban seorang mukmin adalah menasehati saudaranya ( Tatkala melakukan keburukan-Pent ), Namun bukanlah berkewajiban dia untuk memaksanya mengikuti nasehatnya. Sebab perkara ini bukanlah bagiannya,bahkan itu adalah haknya Penguasa terhadap rakyatnya Seorang pemberi nasehat hanyalah seseorang yang menunjukkan jalan kebaikan, dan bukan seseorang yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya ( memaksa -pent ). Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batasan ini, maka kamu adalah seorang yang zhalim, bukan seorang pemberi nasehat, Dan engkau adalah orang yang menuntut untuk ditaati  dan memaksakan,bukan orang yang menunaikan hak amanah dan ukhuwah. Dan perkara ini tidak masuk akal dan tidak menunaikan hak pertemanan. Akan tetapi ini adalah Haknya pemimpin terhadap rakyatnya,  dan tuan terhadap budaknya ( Al Akhak Wa Siyar. Hal 44 ) Sumber : النصيحة في ضوء الكتاب و السنة أخوكم الفقير الى عفو ربه FIK Sumber gambar: http://hd.wallpaperswide.com/ 〰〰〰〰〰〰〰〰〰 آداب النصيحة: -1 الإخلاص لله عز وجل،لابد أن يقصد وجه الله تعالى 2- ألا يقصد التشهير،وهذه آفة يقع فيها كثير من الناس ، تراه يخرج النصيحةبثوب خشن ، فينبغي ألا يكون قصده التشهير 3-أن يكون النصح في السر، ولذلك يقول الشافعي : من وعظ أخاه سرًا فقد نصحه وزانه ، ومنوعظه علانية فقد فضحه وشانه . 4-أن يكون النصح بلطف وأدب ورفق، كماقال النبي صلى الله عليه وسلم : " ما كان الرفق في شيءٍ إلا زانه وما نُزع من شيءٍ إلا شانه " . ( رواه مسلم) 5- عدم الإلزام: من واجب الناصح أن ينصح غيره، ولكن ليس من حقه أن يلزم غيره بما ينصحه به؛ لأن هذا ليس من حقه، بل هو حق للحاكم في رعيته، والناصح دال على الخير، وليس بآمر بفعله. يقول الإمام ابن حزم الظاهري رحمه الله تعالى: ولا تنصح على شرط القبول منك، فإن تعديت هذه الوجوه، فأنت ظالم لا ناصح، وطالب طاعة وملك، لا مؤدي حق أمانة وأخوة، وليس هذا حكم العقل، ولا حكم الصداقة، لكن حكم الأمير مع رعيته، والسيد مع عبده (الأخلاق والسير: (ص44)). ◽️◽️◽️◽️◽️ http://bit.ly/Forum_ilmiyahKarangAnyar
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Abu Abdillah

dari balapan liar hingga pergaulan bebas abg

Dari Balapan Liar Hingga Pergaulan Bebas ABG Drrnn…, drrnn…, drrrnnnnnnnn…. Begitulah setidaknya suara motor yang terdengar sedang dilajukan oleh beberapa remaja yang terlibat dalam balapan liar di Kemayoran, Jakarta Utara. Dengan motor racing di atas kecepatan motor biasa, masing-masing berusaha memenangi balapan tersebut. Salah satu pembalap tertinggal oleh yang lainnya, sampai akhirnya, salah satu dari mereka memenangi balapan liar pada dini hari tersebut. Beberapa mobil yang melintas pada malam itu diberhentikan oleh sekelompok remaja agar tidak melintas di jalanan yang sedang dijadikan arena balapan. Di sisi jalan terlihat sekumpulan ABG (anak baru gede) yang sedang menyaksikan aksi para “jagoan” balapan liar. Suasana cukup menegangkan bagi sebagian pengendara yang melintasi jalan tersebut. Tidak jarang balapan liar tersebut berujung pada kecelakaan. Itulah satu dari sekian banyak permasalahan remaja di Ibu Kota dan di tempat lainnya. Ada seorang siswa SMA di Jakarta, yang terkenal di sekolahnya sebagai anak motor karena sering melakukan balapan liar. Pada suatu hari dia ikut balapan liar dengan taruhan sejumlah uang. Singkat cerita, pada saat berlangsungnya balapan tersebut, tiba-tiba melintas sebuah mobil. Ditabraknya mobil itu dan terjadilah kecelakaan yang berujung pada kematiannya. Bahkan, terdengar berita bahwa tim dokter yang menanganinya sempat melakukan amputasi pada kakinya. Namun, akhirnya, nyawanya pun tidak tertolong. Wahai sobat muda, apa yang kalian cari dengan balapan liar? Sensasi? Ketenaran? Supaya dibilang jagoan? Memenuhi hobi? Atau apa? Tidak tahukah kalian bahwa perbuatan kalian membahayakan diri kalian dan orang lain? Terbukti sudah berapa banyak terjadi kecelakaan yang tidak jarang berujung pada cacat seumur hidup, bahkan kematian. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٩٥ “… dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah: 195) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ “Tidak boleh (melakukan sesuatu) yang berbahaya dan menimbulkan bahaya (bagi orang lain).” (HR. Ibnu Majah, ad-Daruquthni, dan selainnya, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani) Apalagi kalau balapan liar yang kalian lakukan itu disertai taruhan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٩٠  .“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan.” (al-Maidah: 90) Di samping fenomena balapan liar di kalangan remaja, ada fenomena lain yang belakangan ini booming, yang lahir tidak jauh dari tongkrongan “anak motor” atau para pembalap liar dari kalangan ABG. Sebenarnya, ini permasalahan lama dengan istilah baru, yang memperlihatkan sejauh mana kenakalan remaja Ibu Kota atau beberapa daerah lainnya. Fenomena ini dikenal dengan fenomena cewek atau ABG “cabe-cabean”. Remaja putri ABG usia SMP atau SMA berpakaian serba pendek dan seksi, dengan dandanan menor, berkeluyuran tengah malam sambil naik motor, kebut-kebutan, sambil berboncengan bertiga atau berempat. Itu sebutan untuk ABG “murahan” yang sering menongkrong di arena balapan liar. Sangat disayangkan, media massa memopulerkan istilah ini, tentunya disertai gambar-gambar seronok yang mereka tampilkan dengan tujuan sekadar mencari fulus. Untukmu, wahai para remaja wanita, kasihanilah diri kalian. Jangan kalian sia-siakan masa muda dan umur kalian dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, apalagi dengan perbuatan dosa dan maksiat. Untuk apa kalian berkeluyuran sampai larut malam dengan pakaian seksi yang memperlihatkan aurat kalian dan dengan dandanan menor? Apa yang kalian cari dengan semua itu? Sekadar isengkah? Atau cari perhatian? Atau ingin membuat laki-laki tergoda? Atau apa…?! Apalagi banyak dari kalian yang terjatuh pada pergaulan bebas. Wahai para wanita, perhatikanlah beberapa ayat dan hadits di bawah ini, semoga Allah memberikan hidayah kepada kalian. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, وَقَرۡنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجۡنَ تَبَرُّجَ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِ ٱلۡأُولَىٰۖ “Dan hendaklah kalian (wahai para wanita) tetap di rumah kalian, dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu.” (al-Ahzab: 33) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ، رُؤُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا “Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat: (1) sebuah kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi, yang mereka gunakan untuk mencambuk manusia, dan (2) para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan sambil berlenggak-lenggok (berjalan dengan menimbulkan godaan); kepala mereka seperti punuk unta yang miring; mereka tidak akan masuk surga dan tidak dapat mencium bau harum surga yang tercium dari jarak sekian-sekian.” (HR. Muslim no. 5704) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةٗ وَسَآءَ سَبِيلٗا ٣٢  “Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”(al-Isra’: 32) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “… Kemudian, kami pergi dan sampai pada suatu bangunan yang serupa dengan tungku api, yang terdengar darinya suara hiruk pikuk. Kami menengok ke dalamnya. Ternyata di dalam ada laki-laki dan perempuan dalam keadaan telanjang. Datang dari bawah mereka kobaran api, yang apabila kobaran api datang mengenai mereka, mereka berteriak (memekik). Aku bertanya, ‘Siapa mereka itu?’ … Mereka berdua menjawab, ‘Adapun sejumlah laki-laki dan perempuan yang telanjang, yang berada di dalam bangunan serupa tungku api, adalah para pezina laki-laki dan perempuan’.” (HR. al-Bukhari no. 7047) Berkata al-Imam Ahmad tentang dosa zina, “Saya tidak mengetahui sesuatu yang lebih besar dosanya—setelah dosa membunuh seseorang—daripada zina.” (ad-Da’ wad Dawa’ hlm. 230) Sebagian orang, termasuk para orang tua, terheran-heran, mengapa para remaja bisa seperti itu. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena itu, di antaranya, Jauhnya mereka dari pendidikan agama. Faktor terbesar terjadinya fenomena tersebut adalah jauhnya mereka dari agama. 1. Kelalaian orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik. Tidak bisa tidak, orang tua mempunyai andil dalam menjadikan anak-anak mereka seperti itu, melakukan berbagai kenakalan remaja. Berkata al-Imam Ibnul Qayyim t, “Kerusakan mayoritas anak yang rusak adalah akibat orang tua menyia-nyiakan mereka, tidak mengajarkan kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya kepada mereka.” (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud hlm. 80) 2. Pergaulan. Teman bergaul mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri seseorang. Kalau seseorang berteman dengan teman-teman yang jelek, hal ini akan berpengaruh terhadap dirinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman duduk yang salih dan teman duduk yang jelek adalah seperti tukang minyak wangi dan pandai besi. Adapun orang yang membawa minyak wangi, kemungkinan minyak wangi itu mengenaimu, atau engkau membelinya atau mendapati bau harumnya. Sementara itu, pandai besi kemungkinan apinya akan membakar bajumu atau engkau mendapati bau yang tidak enak.“ (HR. al-Bukhari dan Muslim) Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar, “Pada hadits ini terdapat larangan bergaul dengan orang yang berdampak (jelek, -ed.) bagi agama dan dunia, dan anjuran untuk bergaul dengan orang yang bermanfaat bagi agama dan dunia.” (Fathul Bari 4/324) 3. Lingkungan yang rusak. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar; membuat seseorang menjadi baik jika lingkungannya baik, dan membuat seseorang tidak baik jika lingkungannya tidak baik. Di antara penyebab fenomena kerusakan remaja adalah hal ini. Televisi. Di antara dampak negatif televisi ialah tersebarnya berbagai kekerasan, pergaulan bebas, dan hilangnya rasa malu dari remaja putri negeri ini. Tayangan-tayangan seperti inilah yang ditampilkan di semua stasiun televisi sehingga rusaklah moral mereka. 4. Media massa. Media massa mempunyai pengaruh terhadap tersebarnya berbagai kerusakan di negeri ini, termasuk kerusakan pada remaja. Mereka hanya berorientasi keuntungan, tanpa memedulikan boleh atau tidak boleh, memperbaiki atau merusak. Maka dari itu, kita lihat media massa menampilkan berita-berita, tulisan-tulisan, dan gambar-gambar yang menyebarkan berbagai kejelekan dan kerusakan. 5. Ikhtilath. Ikhtilath (bercampur baurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram) mempunyai dampak jelek yang sangat besar, di antaranya menyebarnya perbuatan keji, pergaulan bebas, sampai dengan perzinaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ “Jauhilah oleh kalian masuk ke tempat para wanita.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tidaklah kutinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih besar atas laki-laki daripada fitnah perempuan.” (HR. al-Bukhari) Beberapa faktor inilah yang menyebabkan kenakalan remaja, dari balapan liar, narkoba, sampai dengan pergaulan bebas. Solusinya adalah memberikan perhatian dan pendidikan agama dengan pemahaman yang benar kepada mereka, mencarikan lingkungan yang baik untuk mereka, menjaga dan mengawasi mereka agar tidak bergaul dengan teman-teman yang memberikan pengaruh buruk, dan menjauhkan mereka dari berbagai media yang dapat merusaknya. Orang tua hendaknya menempuhnya sebelum semuanya berakhir pada penyesalan. Wallahu a’lam bish shawab. Al-Ustadz Abdullah al-Jakarty Sumber : qonitah.com Darus Salaf : Kajian Islam Berdasarkan Al-Qur'an dan Assunnah Sumber gambar: 
9 tahun yang lalu
baca 8 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

berhias dengan sifat jujur

BERHIAS DENGAN SIFAT JUJUR Jujur adalah sebuah berita (khabar) yang sesuai dengan kenyataan.. Bila seseorang mengkhabarkan tentang sesuatu yang sesuai dengan kenyataan maka dia telah berkata jujur, jika ternyata tidak sesuai maka dia berdusta. Kejujuran bisa terwujud dalam bentuk ucapan dan berbuatan.. Jujur dalam perbuatan ialah berlarasannya hati dengan pelaksanaan. Dimana perbuatan yang dilakukan oleh seseorang mencocoki apa yang ada di dalam batinnya. Sehingga, Orang yang riya bukan orang yang jujur, karena dia menampakkan kepada manusia sebagai ahli ibadah padahal batinnya tidak.. Pelaku kesyirikan bukan orang yang jujur, karena dia menampakkan sebagai orang yang bertauhid nyatanya tidak. Orang munafik bukan orang yang jujur, karena ia menampakkan keimanan ternyata tidak. Pelaku bid'ah juga bukan orang yang jujur, karena ia menampakkan mengikuti Rasul Shallallahu 'alaihi wa Sallam padahal tidak... Jujur merupakan ciri khas seorang mukmin, dan dusta adalah ciri orang munafik. Maka berhiaslah dengan sifat jujur walaupun itu berat. Allah Subhanahu wa Ta'al.a berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah. dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur." (QS. At-Taubah:119) Sumber Panduan: Syarah Riyadhus Shalihin (1/290) Disajikan oleh Tim Warisan Salaf Warisan Salaf menyajikan Artikel dan Fatawa Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Channel kami https://bit.ly/warisansalaf Situs Resmi http://www.warisansalaf.com Tambahan Faedah: Al Imam AdZ-Dzahabi rahimahullohu ta'ala mengatakan: Orang yang jujur akan sedikit bicara, sedikit makan, jarang tidur, dan bergaul, Dan memperbanyak wirid (dzikir), tawadhu' (rendah hati), (banyak) mengingat kematian dan mengucapkan: لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰه Siyar A'lamu An-Nubala (14/534). Ibnu Taimiyah rahimahullohu ta'ala mengatakan : "Berdusta adalah asal dari kejelekan, dan yang paling besar kejelekannya adalah berdusta atas nama Allah Azza wa Jalla, Adapun kejujuran adalah asal dari kebaikan , dan kejujuran yang paling mulia adalah kejujuran kepada Allah tabaroka wa ta'ala. Al Jawabu As Shohih (1/128) Sumber: Mutiara ASK https://telegram.me/MutiaraASK
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

perbaiki akhlakmu duhai penuntut ilmu

UNTUKMU PARA PENUNTUT ILMU. Berkata Al-Imam Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah ta'ala: Dan diantara perkara yang paling penting pada hak seorang penuntut ilmu ialah hendaknya berakhlak mulia, bagus jalan hidupnya, mementingkan agamanya, semangat menjaga shalat-shalat (wajib) berjama'ah, menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari segala perkara yang menyelisihi syariat Allah Subhanah, bersemangat untuk mencurahkan perkara yang makruf dan baik serta menahan dari kejelekan dan gangguan, inilah yang seharusnya ada pada seorang penuntut ilmu yang jujur dan demikianlah seharusnya pemuda yang mulia akan berusaha berakhlak mulia dan menapaki jalan hidup yang terpuji serta menjauhkan diri dari akhlak tercela lagi jalan hidup yang buruk dimanapun dia berada baik di dalam rumah, di jalanan, baik bersama rekan-rekannya maupun pada setiap keadaan. 》 Majmu' Al-Fatawa (5/243). —————————————— قال الإمام عبد العزيز بن باز - رحمه الله تبارك وتعالى - :  .ومن أهم المهمات في حق طالب العلم أن يكون حسن الأخلاق طيب السيرة مهتماً بدينه حريصاً على المحافظة على الصلوات في الجماعة ، يحفظ لسانه وجوارحه عن كل ما يخالف شرع الله سبحانه ويحرص على بذل المعروف والخير والكف عن الشر والأذى ، هكذا يكون طالب العلم الصادق وهكذا يكون الشاب النجيب يتحرى الأخلاق الفاضلة والسيرة الحميدة ويتباعد عن الأخلاق الذميمة والسيرة السيئة أينما كان في البيت وفي الطريق ومع زملائه وفي كل حال . 📜 مجموع فتاوى ( ٢٤٣/٥ ) FIK http://bit.ly/Forum_ilmiyahKarangAnyar
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

maka perhatikanlah akhlak

:قال المحدث محمد ناصر الدين الألباني رحمه الله أنا ألاحظ مع الأسف أن الناس اليوم يهتمون بالجانب الأول ألا وهو العلم ولا يهتمون بالجانب الآخر ألا وهو الأخلاق والسلوك فإذا كان النبي صلى الله عليه واله وسلم يكاد يحصر دعوته من اجل محاسن الأخلاق ومكارمها حينما يأتي بأداة الحصر فيقول: (إنما بُعثت لأتمم مكارم الأخلاق) , فإنما ذلك يعني أن مكارم الأخلاق جزء أساسي من دعوة الرسول عليه الصلاة والسلام. والواقع أنني كنت في ابتداء طلبي للعلم وهداية الله عز وجل إياي إلى التوحيد الخالص واطلاعي على ما يعيشه العالم الإسلامي من البعد عن هذا التوحيد, . كنت أظن أن المشكلة في العالم الإسلامي إنما هي فقط ابتعادهم عن فهمهم لحقيقة معنى لا اله إلا الله . ولكني مع الزمن صرت أتبيّن أن هناك مشكلة أخرى في هذا العالم تُضاف إلى المشكلة الأولى الأساسية - ألا وهي بُعدهم عن التوحيد - المشكلة الأخرى: أنهم أكثرهم لا يتخلقون بأخلاق الإسلام الصحيحة إلا بقدر زهيد... فتاوى جدة شريط 34  . DUA PROBLEM TERBESAR DI TENGAH UMAT INI asy-Syaikh al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, "Aku perhatikan, sangat disesalkan bahwa manusia pada hari ini mementingkan sisi pertama, yaitu ilmu, namun tidak mementingkan sisi yang lain, yaitu akhlak dan tata krama. Apabila dulu Nabi — shallallahu 'alaihi wa sallam — nyaris membatasi dakwah beliau dalam rangka akhlak yang baik dan mulia, tatkala beliau menyatakannya dengan ungkapan pembatasan dalam sabda beliau, (إنما بُعثت لأتمم مكارم الأخلاق) "Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Sabda beliau itu tidak lain menunjukkan bahwa akhlak yang mulia merupakan bagian asasi (mendasar) dari dakwah Rasulullah — 'alahi ash-Shalatu wa as-Salam — Pada kenyataannya sejak awal aku memulai menuntut ilmu dan Allah memberi hidayah kepadaku Tauhid yang murni, dan aku tahu kondisi kehidupan alam Islami yang jauh dari tuntunan Tauhid, ketika itu aku memandang bahwa problem pada Alam Islami hanyalah karena mereka jauh dari memahami hakekat makna "Laailaaha illallah". Namun bersama dengan waktu, menjadi jelas bagiku bahwa di sana ada problem lain di Alam Islami ini, tambahan dari problem asasi yang pertama — yaitu JAUHNYA UMAT dari TAUHID — Problem lainnya adalah : mayoritas umat TIDAK BERAKHLAQ DENGAN AKHLAQ ISLAMI YANG BENAR, kecuali dalam jumlah yang terbatas." (Fatawa Jeddah, Kaset no. 34) Mari tebar dakwah melalui Buletin Saku Al Ilmu. Kunjungi situs kami: buletin-alilmu.net
9 tahun yang lalu
baca 3 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

merengek dalam berdoa agar terkabul

MERENGEK DALAM BERDO'A :: Adab Terkabulnya Do'a Merengek adalah meminta sesuatu dengan mendesak Sumber: .https://pbs.twimg.com/profile_images/2246133438/orange_sky.jpg Al-Auza’i menyebutkan sebuah riwayat dari Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai seorang yang merengek di dalam do’anya.” Dalam kitab Az-Zuhd karya Al-Imam Ahmad, disebutkan sebuah Atsar dari Qotadah, dari Muwarriq, “Aku tidak mendapati permisalan yang tepat bagi seorang mukmin, kecuali ibarat seseorang yang berada di tengah lautan yang hanya berpegangan kepada sebatang kayu. Lalu ia berdo’a, “Wahai Rabbku, Wahai Rabbku..” Ia berharap Allah  menyelamatkannya.” Al-Jawabul Kaafi (hal.11) Maksudnya adalah, seorang mukmin hidupnya di dunia dipenuhi dengan rasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ia selalu berdo’a dalam setiap kebutuhannya. Dan di dalam berdo’a dia seperti seorang yang berada di tengah lautan yang hanya berpegangan kepada sebatang kayu. Keadaan darurat tersebut membuat ia sangat khusyu’ dan mengulang-ulang permintaannya. Berharap agar Allah mengabulkan do'anya. Sumber panduan: Al-Jawabul Kaafi (hal.11) Disajikan oleh Tim Warisan Salaf Warisan Salaf menyajikan artikel dan Fatawa Ulama’ Ahlussunnah wal Jama’ah Ikuti Channel kami di telegram https://bit.ly/warisansalaf Dipublikasikan www.happyislam.com 31 Mar '16
9 tahun yang lalu
baca 2 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

anjuran untuk memuliakan tetangga

MEMULIAKAN TETANGGA Tetangga adalah Orang yang Tinggalnya Berdekatan dengan Kita. Ia memiliki Hak untuk Dimulyakan, Dijaga Haknya dan Tidak Diganggu (Disakiti). Sebagian Ulama di antaranya al-Imam anNawawy Rahimahullah menjelaskan bahwa berdasarkan Kedekatannya, Tetangga terbagi menjadi 4, yaitu : 1). Orang yang tinggal satu rumah dengan kita. 2). Orang yang rumahnya berdampingan dengan rumah kita. 3). Orang yang rumahnya dalam radius 40 rumah dari rumah kita. 4). Orang yang tinggal dalam satu negeri dengan kita. Semakin dekat, semakin besar haknya sebagai tetangga. Tetangga, meski seorang yang kafir, ia memiliki Hak untuk dimulyakan sebagai tetangga dalam Islam. Sahabat Nabi Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu Anhu ketika disembelihkan kambing untuknya berkata : Sudahkah kamu menghadiahkan kepada tetangga kita Yahudi? Saya mendengar Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam Bersabda: Senantiasa Jibril mewasiatkan kepadaku terhadap tetangga, sampai-sampai aku mengira bahwa ia akan memberikan hak waris kepadanya. (H.R alBukhari dalam Adabul Mufrad no 105). Minimal, seseorang harus menjaga dirinya untuk tidak Mengganggu, Menyakiti atau Mendzhalimi tetangganya. Sebagaimana dalam lafadz riwayat yang lain: وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ Dan barangsiapa yang Beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah Menyakiti tetangganya. (H.R Abu Dawud). Dosa mendzhalimi tetangga lebih besar dibandingkan mendzhalimi orang lain. Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam bersabda: لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ Seandainya seseorang mencuri pada 10 rumah, itu lebih ringan dibandingkan mencuri dari tetangganya. (H.R Ahmad dan atThobarony, al-Haitsamy menyatakan bahwa perawi-perawinya terpercaya). Nabi Muhammad Shollallaahu Alaihi Wasallam ditanya: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya seorang wanita melakukan sholat malam, berpuasa di siang hari, melakukan ini dan itu, serta bershodaqoh, tetapi ia menyakiti tetangga dengan lisannya? Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam bersabda: Tidak ada kebaikan padanya. Ia termasuk penduduk Neraka. Para Sahabat berkata: sedangkan seorang wanita lain melakukan sholat wajib dan bershodaqoh dengan beberapa potong keju tetapi ia tidak pernah menyakiti siapapun? Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam bersabda: Dia termasuk penghuni Surga. (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no 119). Tingkatan yang lebih utama lagi dibandingkan sekedar tidak mengganggu tetangga adalah Berbuat Baik kepada tetangga. Memberikan bantuan kepada mereka. Hak tetangga di antaranya: Jika mereka butuh pinjaman, pinjamkanlah, jika mereka butuh pertolongan tolonglah, jika sakit jenguklah, jika meninggal iringi jenazahnya, jika mendapat kebaikan berikan ucapan selamat dan turut senang (tidak dengki), jika mendapat musibah hiburlah, jika ada kelebihan makanan berilah hadiah, jika membeli makanan dan tidak mampu untuk dihadiahkan, masukkan ke dalam rumah secara diam-diam (tidak menampakkan di hadapannya), jangan membangun bangunan yang menghalangi aliran udara untuknya kecuali jika diijinkan (hadits-hadits tentang ini lemah, namun kata Ibnu Hajar karena perbedaan (banyaknya) jalur periwayatan menunjukkan bahwa hal itu memiliki asal. (Fathul Baari (10/446)). Pemulyaan terhadap tetangga bertingkat-tingkat serta berbeda pada tiap orang dan keadaan. Adakalanya hukumnya Fardlu ‘ain (Wajib), bisa juga Fardlu kifayah, dan bisa pula mustahab (Sunnah). ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Dikutip dari Buku 40 HADITS PEGANGAN HIDUP MUSLIM (Syarh Arbain anNawawiyah). Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah. ===================== http://telegram.me/alistiqomah
9 tahun yang lalu
baca 3 menit

Tag Terkait