Tauhid

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tauhid, rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat

Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia Dan Akhirat Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya Jalla Sya’nuhu. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsippun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya, . ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20). مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Huud: 15-16). Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman,   فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An Nuur: 63). Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya. Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman,  وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyaat: 56).  Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah “yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: “Setiap perintah beribadah dalam Al Qur’an maka maknanya adalah tauhid.” Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridhai ahli tauhid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,  “Sesungguhnya Allah meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian.” (HR Muslim dari Abu Hurairoh). Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman,  لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِ “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al Hadiid: 25). Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman,  ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’aam: 82).  Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini: “Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat.” Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ "Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nuur: 55). Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa’atnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan ‘laa ilaaha illallah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR Bukhori dari Abi Hurairoh). Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar). Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS Al Anbiyaa: 25). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal RA ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas RA). Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam datang menemuinya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’, kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Sa’id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)). Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘laa ilaaha illallah’, ia akan masuk surga.” Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin. (Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Buletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzul Qo’dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. https://salafy.or.id/tauhid-rahasia-kebahagiaan-dunia-dan-akhirat/
3 tahun yang lalu
baca 7 menit
Thoriqussalaf
Thoriqussalaf oleh admin

manfaat tauhid

3 tahun yang lalu
baca 1 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tanya jawab tauhid - al ushul ats tsalatsah (2)

 .TERJEMAH KITAB TASHILUL WUSHUL ILA ATS-TSALATSATIL USHUL (BAGIAN 2) Baca bagian pertama >> ................................................. Judul Asli: تسهيل الوصول إلى الثلاثة الأصول Edisi Terjemah: Al-Ushul Tsalatsah dalam bentuk Tanya Jawab Penulis: Syaikh Muhammad at-Thayyib al-Anshari rahimahullah ................................................. Soal: Apa dalil bahwa tawakal termasuk ibadah? Jawab: Firman Allah ta’ala, ﴿وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾ “Dan kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu memang orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah:23) Dan firman-Nya, ﴿وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ﴾ “Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, Dia pasti mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq:3) ................................. Soal: Apa dalil bahwa raghbah, rahbah dan khusyu(*) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ﴾ “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegerah di dalam mengerjakan kebaikan dan mereka berdoa kepada kami dengan raghbah dan rahbah. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami” (QS. Al Anbiya:90) ................................. Soal: Apa dalil bahwa kasyyah(**) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي﴾ “Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah:150) ................................. Soal: Apa dalil bahwa inabah(***) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ﴾ “Dan berinabahlah kalian kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar:54) ................................. Soal: Apa dalil bahwa isti’anah (memohon pertolongan) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾ “Hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah:5) Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, «إذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ» “Apabila kamu meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”  ................................. Soal: Apa dalil bahwa isti’adzah (memohon perlindungan) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ﴾ “Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai shubuh.” (QS. Al-Falaq:1) Dan firman-Nya, ﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ﴾ “Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb Manusia.” (QS. An-Naas:1) ................................. Soal: Apa dalil bahwa istighatsah (memohon bantuan ketika genting) termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ﴾ “Ingatlah, ketika kalian beristighatsah kepada Rabb kalian, maka dia mengabulkannya untuk kalian” (QS. Al Anfal:9) ................................. Keterangan: (*) Raghbah adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang dicintai. Rahbah adalah perasaan cemas yang menimbulkan keinginan untuk melarikan diri dari sesuatu yang ditakuti. Rasa takut yang dibarengi dengan perbuatan. Khusyu adalah tunduk dan merendah terhadap kebesaran Allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada keputusan-Nya yang qodari dan syar'i. (**) Khasyyah adalah rasa takut yang dibangun di atas ilmu terhadap kebesaran sesuatu yang ditakuti dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Sebagaimana firman Allah (artinya), “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para Ulama’.” (QS. Fathir: 28) (***) Inabah adalah kembali dan berserah diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Inabah memiliki makna yang hampir sama dengan taubat. Hanya saja inabah lebih lembut dibandingkan taubat, karena ia mengandung makna bergantung dan berserah diri hanya kepada Allah. ................................. Soal: Apa dalil bahwa menyembelih termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَاي وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾ [الأنعام:162-163] “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rabb semesta alam * Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-163) Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, «لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ» “Allah melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allah.”  ................................. Soal: Apa dalil bahwa nazar termasuk ibadah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا﴾ “Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata dimana-mana.” (QS. Al-Insan: 7) ................................. Soal: Apa pokok dasar yang kedua? Jawab: Mengenal agama Islam dengan dalil-dalinya. ................................. Soal: Apa itu agama Islam? Jawab: Agama Islam adalah: patuh dan tunduk kepada Allah dengan cara mentauhidkan dan menaati-Nya, juga berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku kesyirikin. ................................. Soal: Ada berapa tingkatan agama Islam? Jawab: Ada tiga, yaitu: Islam, Iman dan ihsan. Setiap tingkatan memiliki rukun. ................................. Soal: Ada berapa rukun Islam? Jawab: Rukun Islam ada lima; persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan haji ke baitullah yang mulia (ka'bah). ................................. Soal: Apa dalil persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah, ﴿شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾ “Allah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Malaikat dan orang-orang yang diberi ilmu (juga bersaksi tentang hal itu), Yang menegakkan keadilan. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18) ................................. Soal: Apa makna لاإله إلا الله dalam ayat di atas? Jawab: Maknanya adalah, tidak ada sesembahan yang benar disembah kecuali Allah. ................................. Soal: Apa maksud لاإله? Jawab: Yaitu meniadakan segala bentuk peribadatan kepada selain Allah. ................................. Soal: Apa maksud إلا الله? Jawab: Yaitu menetapkan ibadah hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam ibadah kepada-Nya sebagaimana tidak ada sekutu di dalam kekuasaan-Nya. ................................. Soal: Sebutkan ayat yang menjelaskan makna lailaillallah di atas! Jawab: Firman Allah ta’ala, ﴿وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ(26)إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ(27)وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ “Dan ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kalian ibadahi * Kecuali Dzat yang telah menciptakan aku, karena dia yang akan memberi petunjuk kepadaku * Dan Ibrohim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf: 26-28) Dan firman-Nya, ﴿قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ﴾ “Katakanlah: Wahai Ahlul kitab, kemarilah, kepada suatu kalimat yang sama antara kami dan kalian, yaitu: agar kita tidak beribadah melainkan hanya kepada Allah dan kita tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tidak menjadikan sebagian kita dengan sebagian yang lain Rabb-Rabb selain Alah. Jika kalian berpaling maka katakanalah: saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri.” (QS. Ali Imran: 26) ................................. Apa dalil persaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah)? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah: 128) Dan firman-Nya, ﴿محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم﴾  “Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersamanya sangat keras terhadap orang-orang kafir dan lemah lembut terhadap sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29) ................................. Soal: Apa makna persaksian bahwa Muhammad utusan Allah? Jawab: Yaitu, menaati perintahnya, membenarkan beritanya, menjauhi larangannya, dan tidaklah kita beribadah, kecuali dengan apa yang beliau syariatkan. ................................. Soal: Apa dalil tentang shalat, zakat, dan penafsiran tauhid? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ﴾ “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan agar mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5) ................................. Soal: Apa dalil puasa? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾ “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kalian puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183) ................................. Soal: Apa dalil haji? Jawab: Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, ﴿وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْ الْعَالَمِينَ﴾ “Kewajiban manusia terhadap Allah (adalah) mengerjakan haji yaitu bagi orang  yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah. Barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari alam semesta.” (QS. Ali Imran: 97) ................................. Insyaallah bersambung Sumber : t.me/warisansalaf
4 tahun yang lalu
baca 7 menit