Ukhuwah Anak Kuliah
Ukhuwah Anak Kuliah oleh Admin UAK

dibalik perintah hadis “segerakanlah”

17 hari yang lalu
baca 4 menit

••┈┈✺ ﷽ ✺┈┈••

🌃 Malam itu sunyi merayap di Lhokseumawe. Angin dari laut Andaman membawa desah lirih, seolah membisikkan rahasia yang terpendam.

🏞️ Di sudut sebuah desa Gampong Jeulikat orang-orang berkumpul penuh ta’zim mendengar sebuah kajian.

🌿 Seorang ustadz muda, dengan khidmat membuka lembaran kitab kecil berjudul *_”Matan Jawami’ul Akhbar”_*. Karya Ulama besar Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy Rahimahullahu. Cahaya rembulan yang menerobos celah jendela berbaur sinar lampu menerangi barisan huruf Arab yang terukir di sana.

🎙️ Malam itu, bukan hanya tentang kematian yang dibahas. Ada pelajaran purba yang hendak diungkap, sebuah hikmah yang tersembunyi di balik sunnah Nabi Muhammad ﷺ.

🌷 Ustadz memulai dengan mengutip sebuah hadis ke 31 dalam kitab tersebut, hadis dari Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَسْرِعُوا بِالْجَنَازَةِ ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ ، وَإِنْ تَكُ غَيْرَ ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ

🌴 _”Segerakanlah pengurusan jenazah. Jika dia orang baik, berarti kalian menyegerakan dia untuk mendapat kebaikan. Jika dia bukan orang baik, berarti kalian segera melepaskan keburukan dari tanggungjawab kalian.”_
(HR. Bukhari, no. 1315 dan Muslim, no. 944).

🍃 Suara Ustadz mengalun rendah, memecah keheningan malam. Namun, bukan sekadar terjemahan yang ia sampaikan. Ia mulai merajut kata demi kata, membuka tabir makna yang lebih dalam menyelami maksud penulis kitab.

📌 “Lihatlah,” ujarnya dengan tatapan penuh arti, “perintah ini bukan hanya tentang mempercepat pemakaman.

🏜️ Ada getaran peringatan yang tersembunyi di baliknya. Jika mayit itu buruk, kita diperintahkan untuk segera menunaikan haknya dan segera menguburkannya.

❓Mengapa?”

🫧 Hening sejenak menyelimuti ruangan. Para santri dan Ikhwan tertunduk diam, mencoba mencerna setiap kata.

🧲 “Secara kasat mata, kita tak mampu melihat keburukan yang mungkin melekat pada jasad mayit. Kita tak tahu bagaimana energi negatifnya bisa merayap dan memengaruhi kita yang masih bernapas,”
lanjut Ustadz.

🌴 “Namun, Rasulullah ﷺ, dengan kebijaksanaan yang melampaui zaman, telah memberikan isyarat. Menyegerakan pengurusan jenazah yang buruk adalah cara kita menjaga diri, melepaskan diri dari potensi keburukan yang tak terlihat dari sosok jenazah.”

🌱 Sebuah plot twist mulai terjalin dalam benak para pendengar. Mereka selama ini memahami hadis ini sebatas anjuran teknis pemakaman. Namun, Ustadz membuka dimensi lain, dimensi spiritual dan metafisik yang dimaksud penulis kitab.

🪵 “Jika terhadap jasad yang telah mati saja kita diperintahkan untuk menjauhi potensi keburukannya, bagaimana dengan mereka yang masih hidup, namun menebarkan benih-benih kemaksiatan?”
tanya Ustadz, retoris namun menusuk kalbu.

Ia melanjutkan, merangkai analogi yang menggugah.

🦠 “Bayangkan penyakit menular. Kita akan menjauhi sumbernya agar tidak ikut terjangkit.

🛡️ Begitulah seharusnya kita bersikap terhadap pelaku maksiat.

🩺 Mereka adalah sumber ‘penyakit’ rohani yang bisa meracuni hati dan menjauhkan kita dari Allah.”

🚫 Ustadz kemudian menyoroti sebuah ironi yang sering terjadi di tengah masyarakat.

❌ “Betapa sering kita melihat saudara-saudara kita yang justru merasa nyaman berakrab ria dengan mereka yang lalai salat, dan enggan bermajelis ilmu, lebih suka mendengarkan obrolan kosong daripada nasihat ilmu. Hati-hati,”

Ucapnya dengan nada memperingatkan,

♨️ “Keburukan itu bisa merayap tanpa kita sadari.”

📛 Ia menggambarkan bagaimana pergaulan yang salah bisa menjadi jurang yang menganga, menjerumuskan seseorang ke dalam lembah futur, hilangnya semangat menuntut ilmu syar’i dan beribadah.

❗ “Banyak yang tergelincir karena meremehkan dampak buruk dari teman-teman yang buruk,” tegasnya”.

☄️ Malam itu, di bawah rembulan Aceh, sebuah hadis sederhana bertransformasi menjadi cermin yang memantulkan potret diri. Bukan hanya tentang mengurus jenazah, tetapi tentang menjaga hati, tentang memilih teman, tentang menjauhi segala bentuk keburukan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

🤲 Ustadz menutup kajiannya dengan do’a kafaratul majelis.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

_”Maha Suci Engkau ya Allah. Dan segala pujian hanya untuk-Mu. Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”._

واَللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Semoga bermanfaat.

🌹 جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم

================
📕 Sumber: Kajian Kitab Matan Jawami’il Akhbar, Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy Rahimahullahu. Disampaikan oleh Al-Ustadz Muhammad Yahya bin Zakaria حفظه الله تعالى Pada hari Rabu Malam Kamis, 25 Syawwal 1446 H/23 April 2025 M. Di Ma’had Al-Imam Asy-Syafi’i Lhokseumawe, Aceh.

Ditulis dengan gubahan bahasa tanpa mengubah makna dan telah dikoreksi dan mendapat izin share Ustaz Muhammad Yahya bin Zakaria حفظه الله تعالى

🗓 #B.sisi ahsmyhd-dhA, Kamis, 03 Dzulqo’dah 1446 H./1 Mei 2025 M.

🎒 Yuk join media UAK lainnya!
• t.me/ukhuwahanakkuliah
• https://linktr.ee/mediauak
• www.ukhuwahanakkuliah.com
• www.instagram.com/ukhuwahanakkuliah/