Nasehat

Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

dampak body shaming terhadap anak

Dampak Body Shaming Terhadap Anak Mereka yang beraktivitas di dunia anak dan pendidikan, tentunya tidak asing dengan istilah body shaming. Sebagai istilah, walau berbahasa inggris, body shaming terlanjur jamak dipakai. Body shaming seringkali diartikan dengan celaan terhadap fisik seseorang. Si pendek, si gemuk, si juling, si pesek, si sumbing, si pincang, si gigi mrongos, si cedal, si keriting, si kulit badak, adalah beberapa contohnya. Pelaku body shaming mengaku latar belakangnya dengan beberapa alasan . ingin menyegarkan suasana, iseng tanpa sebab, mau membuat orang tertawa, terbawa pergaulan, sampai memang berniat menghina. Apapun alasannya, body shaming tetap tidak boleh dilakukan.  Dampaknya pada korban cukup mengerikan, seperti : minder, menutup diri, trauma bergaul, kurang bersyukur atas fisik yang Allah berikan, gampang curiga, benci pada diri sendiri, bahkan ada yang mengakibatkan depresi. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan pendidikan anak, body shaming berefek pada semangat belajar. Akibatnya, anak akan : malas belajar, tidak mau berangkat ke pondok, kurang bergairah thalabul ilmi, dan membenci lingkungan pesantren. Apakah di dalam Islam, hal ini dibahas? Oh, pasti. Tentu! Tidak mungkin tidak. Semua dalil Qur'an dan Hadis yang melarang untuk : menghina dan mengejek, sombong dan meremehkan orang, serta menganggap diri sendiri lebih baik, adalah dalil yang mengharamkan body shaming. Allah berfirman dalam surat Al Hujurat  ayat 11 : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ ٱلظَّلِمُونَ " Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim " Jelas, tegas, lugas, dan tuntas! Ayat di atas melarang : 1. Mengejek dan menghina orang. Hal ini berlaku untuk laki-laki maupun perempuan. Sebab, yang diejek boleh jadi lebih baik di sisi Allah Ta'ala dibanding yang mengejek. 2. Mencela diri sendiri. 3. Membuat panggilan atau gelaran yang buruk. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan body shaming di kalangan anak. Antara lain : 1. Menerangkan bahwa ukuran dan takaran derajat seseorang tidak berdasarkan fisik. Takwa kepada Allah lah yang menentukan. 2. Menerangkan bahwa fisik manusia adalah karunia dari Allah Ta'ala. Tentu Allah memberi dengan seadil-adilnya dan sebaik-baiknya. Ada hikmah yang harus dicari dan digali dari fakta perbedaan fisik manusia. 3. Menjelaskan konsep syukur dengan benar. Bahwa masih ada yang lebih di bawah dan lebih memiliki kekurangan. 4. Menggali potensi dan kelebihan pada setiap anak. Kembangkan dan beri motivasi. Tanamkan bahwa di balik setiap kekurangan, selalu ada kelebihan. 5. Sering-seringlah membaca atau membacakan kepada anak tentang riwayat orang-orang besar yang sebelumnya di masa kecil mengalami body shaming. Ibnul Qayyim dalam Miftah Daris Sa'adah (1/165) menukil ringkas biografi Muhamamd bin Abdurrahman Al Auqash. Secara fisik, Al Auqash sangat aneh dan unik. Tidak memiliki leher, kepala langsung bersambung dengan badan. Kedua bahu nya, kanan dan kiri menonjol keluar, seperti dua mata tombak. Ibunya menguatkan, " Anakku, di manapun kamu berada, engkau selalu jadi bahan tertawaan dan obyek hinaan. Oleh sebab itu, engkau harus semangat thalabul ilmi. Sungguh, hanya dengan ilmu, engkau akan tinggi derajatmu! " Motivasi sang ibu membuat Al Auqash bersemangat untuk thalabul ilmi. Di kemudian hari, Al Auqash menjabat Qadhi untuk wilayah Mekkah selama 20 tahun.  Seorang pelapor, terdakwa, atau saksi, pasti gemetaran jika sudah berhadapan dengan Al Auqash. Subhanallah! Motivasi dari orang-orang terdekat akan membantu seorang anak untuk bangkit dari keterpurukan dikarenakan body shaming. Kata-kata positif tentunya berdampak baik untuk menaikkan mental anak. Oleh sebab itu, sering-seringlah memotivasi anak. Bukan hanya tugas orang tua nya, namun tugas kita semua. Orang tua, keluarga, pengajar, guru, kakak kelas, atau siapapun status kita.  Bisa jadi, anak yang sekarang kecil dan ditertawakan, kelak di kemudian hari menjadi orang besar yang berwibawa dan disegani. Karena ilmu dan imannya. Wonosobo, 18 Jumadil Akhir 1444 H/11 Januari 2023 t.me/anakmudadansalaf
2 tahun yang lalu
baca 4 menit
Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

"kebenaran tidak dinilai dengan banyaknya pengikut"

BEDAKANLAH KEDUA PERKARA INI, WAHAI ORANG YANG BERAKAL 📷 Ketika ada saudara kita atau pengurus suatu kajian mendokumentasikan jumlah kehadiran peserta dan kendaraan mereka, tiba-tiba ada orang jahil yang nyeletuk, 💬1️⃣ "tolok ukur kebenaran itu bukan dengan banyaknya pengikut", 💬2️⃣ "jangan berbangga dengan banyaknya pengikut". Benarkah pernyataan seperti itu? Thoyyib, kita jawab dengan perkataan sahabat 'Aly bin Abi Tholib rodhiyallohu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : كلمة حقّ أُريد بها باطل "Perkataan yang haq (benar) namun yang diinginkan dibalik itu kebatilan." Na'am, betul isi statemen atau komentarnya. Benar, memang tolok ukur kebenaran itu bukan dengan banyaknya pengikut. . الحق لا يُعرف بكثرة الأتباع NAMUN lontaran statemen ini tidak pada tempatnya dan bukan pada perkara yang semestinya. (Akan saya tunjukkan...!) 1.Kenapa demikian? Karena yang dilakukan saudara kita atau pengurus kajian tersebut adalah dalam rangka dokumentasi jumlah peserta yang hadir dan kendaraan mereka BUKAN dalam rangka menjadikannya tolok ukur (barometer) kebenaran. Jangan-jangan anda tidak paham (nol pothol) dengan arti kata tolok ukur atau jangan-jangan akal anda sudah bergeser dari sehatnya? Tolok ukur, secara KBBI itu artinya sesuatu yang dipakai sebagai dasar untuk mengukur/menilai (patokan). 2. Kemudian tentang berbangga dengan banyaknya pengikut, perkara ini tidaklah mutlak bernilai jelek dan dilarang. Jika berbangga dengan banyaknya pengikut itu dengan niat ujub dan sombong maka inilah yang jelek dan dilarang. Adapun sekedar bangga dalam arti gembira, mengungkapkan rasa senang karena banyak yang mau datang ikut taklim/kajian, banyak yang mau mempelajari agama Alloh, banyak saudara-saudaranya yang hadir, dst... maka ini adalah perkara yang baik dan boleh, tidak ada larangan pada syariat. Bahkan terkadang hal ini semakin menambah motivasi bagi pengurus/panitia kajian untuk kembali mengadakannya. Awas! Statemen sembrono anda yang tidak pada tempatnya dan bukan pada perkara semestinya itu bersinggungan dengan sabda Nabi shallallohu alaihi wa sallam lho...! ( تََزَوَجُوْا الوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فإني مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ ) Dari sahabat Ma'qil bin Yasar rodhiyallohu anhu berkata, bersabda Nabi shollallohu alaihi wa sallam kepada seseorang : "Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang bisa beranak banyak (subur rahimnya) karena sesungguhnya aku kelak akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain."  H.R. Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh di Shohih Abu Dawud. Bukankah memperbanyak jumlah umat, memperbanyak jumlah pengikut sunnah, dst... adalah perkara yang dianjurkan dan diharapkan? Dan bukankah dengan semakin banyaknya yang ikut kajian/taklim maka semakin banyak pula pahala yang akan diraih oleh panitia dan ustadz pengisinya...? Maka mengapa tidak boleh bangga dalam makna gembira/senang dengan banyaknya yang hadir...? Dimanakah akal sehat anda...? Atau anda mulai lupa dengan hadits berikut...? ( مَنْ دَعَا إِلَى هُدىً كانَ لهُ مِنَ الأجْر مِثلُ أُجورِ منْ تَبِعهُ لاَ ينْقُصُ ذلكَ مِنْ أُجُورِهِم شَيْئًا ) "Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka ia akan mendapat pahala sebagaimana pahala yang didapat oleh orang yang mengikuti petunjuk tersebut, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka." H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairoh rodhiyallohu 'anhu. Hadānāllohu wa iyyakum... ✍🏻 Faedah dari: • Ustadz Abu Ahmad Mush'ab hafizhahullah  ========== Kumpulan Nasihat Islami  Menyebarkan Ilmu, Mendakwahkan Tauhid  Kanal Telegram: t.me/KumpulanNasihatIslami
3 tahun yang lalu
baca 3 menit