Debat dan diskusi merupakan bagian dari interaksi ilmiah yang sering terjadi dalam dunia keilmuan Islam. Namun, tidak semua bentuk debat diperbolehkan secara syar’i dan membawa kebaikan atau keberkahan.
Terdapat jenis debat yang justru akan mencabut keberkahan ilmu dan menjerumuskan pelakunya ke dalam keburukan. Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah memberikan peringatan yang berharga terkait hal ini.
Al-‘Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
“Pada umumnya tidaklah seseorang diberi sifat suka berdebat, kecuali ia akan terhalangi dari keberkahan ilmu. Karena biasanya orang yang mempunyai sifat suka berdebat hanya ingin membela ucapannya saja, oleh sebab itulah dia terhalangi keberkahan ilmu.” (Tafsir Surat Al-Baqarah, 2/444)
Perkataan ini menggambarkan bahaya sikap gemar berdebat. Ibnu Utsaimin rahimahullah tidak menafikan bahwa ada debat yang terpuji, seperti dalam rangka menegakkan kebenaran.
Namun, yang beliau maksud adalah debat yang tujuannya semata-mata membela pendapat pribadi dan menampakkan keunggulan diri. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa pelakunya tidak ikhlas karena Allah Ta’ala dan tidak pula mengutamakan kebenaran, melainkan lebih mementingkan kemenangan argumentasi.
Ilmu yang seharusnya mendatangkan rasa takut kepada Allah Ta’ala dan ketundukan pada kebenaran malah dijadikan alat untuk membanggakan diri. Maka tidak heran jika keberkahannya dicabut, sebagaimana disebutkan oleh beliau.
Seorang penuntut ilmu hendaknya berhati-hati terhadap sifat suka berdebat. Niatkanlah setiap diskusi dan perbedaan pendapat untuk mencari kebenaran, bukan kemenangan. Bersikaplah tawadhu dan ikhlas dalam menerima kebenaran dari siapa pun datangnya.
Perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ini seharusnya menjadi cermin bagi kita semua, agar menjauhi perdebatan yang sia-sia dan lebih fokus pada pengamalan ilmu yang benar dan bermanfaat. Allahu a’lam