Amma ba‘du,
Wahai hamba-hamba Allah,
Aku wasiatkan kepada diriku dan kepada kalian yang mendengarkan khutbah ini dengan hati terbuka, untuk selalu bertakwa kepada Allah, Rabb Yang Maha Bijaksana dan Maha Perkasa.
Allah ﷻ berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (Ali ‘Imran: 102)
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Sesungguhnya kita semua adalah musafir, berjalan di atas jalan panjang yang penuh liku dan penuh ujian. Kita bukanlah penduduk dunia sejati, karena jiwa ini selalu merindukan keabadian dan keabadian itu bukan di dunia ini. Kita diciptakan untuk tempat yang lebih tinggi, tempat yang lebih suci, tempat yang kekal nan abadi.
Allah ﷻ berfirman:
“Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.” (Al-Insyiqaq: 6)
Dunia ini hanyalah tempat singgah sementara. Ia bukan tempat tinggal, tapi tempat pertarungan antara sabar dan hawa, antara iman dan dunia, antara cahaya dan gelap gulita. Di sinilah kita menanam benih amal, yang kelak akan kita panen di negeri yang kekal.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Dunia adalah ladang akhirat. Siapa menanam kebaikan akan memanen kegembiraan, dan siapa menanam keburukan akan memanen kesengsaraan.”
(al-Fawāid, hlm. 109)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Perjalanan itu dimulai sejak ruh ditiupkan ke dalam rahim, lalu kita dilahirkan, tumbuh dewasa, lalu datang kepastian tak pernah bisa ditolak: kematian.
Allah ﷻ berfirman:
“Setiap jiwa akan merasakan kematian.”
(Al-Ankabut: 57)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.”
(HR. Tirmidzi no. 2307 – hasan shahih)
Setelah itu, ruh akan memasuki alam barzah. Di sana tidak ada harta, tidak ada pangkat kedudukan, tidak ada keluarga. Hanya amal yang setia menemani, hanya takwa yang akan menjadi pelindung diri.
Jama’ah sidang Jum’at yang berbahagia,
Lalu manusia dibangkitkan pada hari yang menggetarkan dada. Semua akan berdiri dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki, penuh ketakutan, dan berharap rahmat Allah Ta’ala semata.
Allah ﷻ berfirman:
“Pada hari ketika manusia berdiri menghadap Rabb seluruh alam.”
(Al-Mutaffifin: 6)
Lalu diberikan kepadanya kitab catatan amal. Jika ia menerima dengan tangan kanan, maka itu adalah kabar bahagia dan kemenangan yang besar.
“Adapun orang yang diberikan kitab catatannya dari tangan kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.”
(Al-Insyiqaq: 7–8)
Namun, siapa yang menerima catatan dengan tangan kiri, maka neraka adalah tempat kembali.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa diinterogasi dalam hisabnya, maka dia akan disiksa.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai hamba-hamba Allah,
Setelah hisab, dibentangkanlah jembatan shirath di atas neraka Jahannam. Tidak ada jalan lain menuju surga kecuali harus melewatinya. Tajam seperti pedang, tipis seperti rambut, di bawahnya api, di sekelilingnya gelap, dan di atasnya manusia melewati sesuai dengan amalannya ketika di dunia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Akan dibentangkan Shirath di atas Jahannam.”
(HR. Muslim, no. 195)
Orang beriman akan melewatinya dengan cahaya, sesuai kadar amalnya. Ada yang seperti kilat, seperti angin, ada yang merangkak dan terseret karena beban dosa yang berat.
Hingga mereka tiba di pintu surga, tempat yang penuh cahaya, harum semerbak, dan damai udaranya. Malaikat menyambut mereka dengan penuh cinta:
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka digiring ke dalam surga secara berkelompok.”
(Az-Zumar: 73)
“Salam sejahtera atas kalian. Kalian telah baik, maka masuklah ke dalamnya untuk tinggal selama-lamanya.”
(Az-Zumar: 73)
Ma’asyiral muslimin,
Surga adalah negeri yang tak ada bandingannya. Di sana tidak ada kematian, tidak ada kesedihan, tidak ada penyesalan. Di dalamnya ada apa yang jiwa inginkan dan mata senangi.
Allah ﷻ berfirman:
“Tak seorang pun mengetahui apa yang Allah rahasiakan untuk mereka, sebagai penyejuk mata.”
(As-Sajdah: 17)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Di dalam surga terdapat kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka tinggal bersama orang-orang shalih, nabi-nabi, syuhada, dan para pecinta Allah. Di sanalah mereka akan melihat wajah Allah ﷻ, puncak dari segala kenikmatan dan kebahagiaan.
“Dan di sisi Kami ada tambahan.”
(Qaf: 35)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Seandainya satu-satunya kenikmatan surga adalah mendengar firman Allah, maka itu saja telah cukup sebagai puncak kebahagiaan.”
(Hadi al-Arwah, hlm. 98)
Wahai hamba Allah,
Tidakkah kita ingin berada di sana? Bersama Nabi Muhammad ﷺ? Di bawah naungan Arsy Allah yang Maha Perkasa? Maka bersegeralah.
Allah ﷻ berfirman:
“Bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”
(Ali ‘Imran: 133)
Bergegaslah sebelum waktu habis. Beramalah sebelum napas terputus. Bertakwalah sebelum pintu tertutup.
Khutbah kedua:
Amma ba‘du,
Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Jika di khutbah sebelumnya kita telah mendengar bagaimana akhir dari perjalanan seorang hamba—antara surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh penyesalan—maka khutbah ini adalah penegasan bagi hamba yang ingin masuk surga: Apa yang harus kita bawa agar sampai ke sana?
Allah ﷻ memanggil para hamba-Nya yang beriman:
“Bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi…”
(Ali ‘Imran: 133)
Kita diperintah untuk bergegas, bukan menunda. Sebab waktu bukan milik kita. Ajal tidak menunggu kesiapan kita.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Amal yang paling utama yang mengantarkan seseorang ke surga adalah tauhid yang murni dan takwa yang sejati.
Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan kenikmatan.”
(At-Tur: 17)
Takwa yang menghiasi shalat, mendorong untuk sabar, memanggil supaya jujur, dan menjadikan hidup ini persembahan yang bersih kepada Allah Ta’ala semata.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua bibirnya (lisannya) dan dua kakinya (kemaluannya), maka aku jamin baginya surga.”
(HR. Bukhari)
Jama’ah sidang Jum’at yang berbahagia,
Amal-amal yang mengantarkan ke surga bukanlah sesuatu yang jauh. Ia ada dalam keseharian kita:
– Shalat lima waktu, kunci utama.
– Puasa wajib dan sunnah
– Sedekah
– Dzikir, yang menenangkan jiwa dan menghidupkan hati.
– Menahan amarah dan memaafkan, itulah akhlak penghuni surga.
Allah ﷻ berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang berinfak di waktu lapang maupun sempit, yang menahan amarah dan memaafkan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan.”
(Ali ‘Imran: 134)
‘Ibadallah,
Jangan remehkan amal yang kecil namun ikhlas. Satu ucapan, satu langkah, satu tetes air mata, bisa menjadi sebab surga bila ia tulus karena Allah Ta’ala.
Nabi ﷺ bersabda:
“Aku melihat seseorang sedang berjalan-jalan di surga hanya karena menyingkirkan ranting pohon dari jalan yang mengganggu orang.”
(HR. Muslim)
Begitu juga dengan taubat yang tulus, ia membuka pintu-pintu surga yang tertutup. Karena Allah Ta’ala mencintai hamba yang taubat dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hiasilah hidupmu dengan amal tersembunyi. Bangunlah di malam yang sunyi. Berzikirlah ketika yang lain tertidur. Menangislah di tempat yang tak ada mata memandang, karena Allah mencintai air mata yang jatuh karena-Nya.
Jangan biarkan dunia ini menipu kita. Ia cepat berlalu dan akan segera ditinggal. Nabi ﷺ bersabda:
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir yang singgah sebentar.”
(HR. Bukhari)
Dan ingatlah bahwa surga tidak dibeli dengan kemalasan, dan tidak dicapai oleh mereka yang hanya berangan-angan. Tapi surga diraih oleh mereka yang bersungguh-sungguh melakukan amal saleh.
Wahai hamba Allah,
Berdoalah agar kita termasuk golongan yang ketika meninggal dunia, para malaikat berkata padanya:
“Salam sejahtera atas kalian, masuklah ke dalam surga atas apa yang telah kalian kerjakan.”
(An-Nahl: 32)