Baca artikel Islami pilihan dari berbagai media terpercaya

Tanya: Tersebar kerancuan mengenai pengharaman menggambar fotografi, kami berharap Anda berkenan untuk memberikan bantahan secara rinci mengenainya: a. Gambar fotografi bukan termasuk menggambar ciptaan Allah. Namun, itu hanyalah mencetak bayangan seseorang pada film. Manusia tidak memiliki campur tangan dalam membentuk gambarnya. b. Gambar fotografi seperti cermin yang dilihat seseorang. Kalau ada gambar yang terbayang pada […]

وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “… Padahal, barangkali kalian membenci sesuatu padahal hal itu baik bagi kalian dan barangkali kalian menyukai sesuatu padahal hal itu buruk bagi kalian. Dan Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui.” [Q.S. Al-Baqarah:216]. Mayoritas kebaikan bagi manusia ada pada […]

Di antara tanda qalbu yang sakit adalah qalbu tidak merasa bermasalah terhadap kebodohannya. Tidak peduli dan tidak mau mengenal kebenaran dan kebaikan, bahkan cenderung kepada kebatilan dan kemungkaran. Sesungguhnya qalbu yang sehat akan merasa sakit terhadap keburukan-keburukan yang menimpanya. Qalbu yang sehat merasa sakit terhadap kebodohan yang melekat padanya. Walaupun hal ini tentu sesuai dengan kadar kesehatan dan kehidupan qalbu tersebut. Kadang merasakan sakitnya, tetapi tidak mampu menenggak pahitnya obat. Akhirnya cenderung ‘bersabar’ memilih sakit daripada harus merasakan pahitnya obat. Alhasil, qalbu akan semakin bertambah sakit. Ia tidak mau mengkonsumsi obat-obat yang bermanfaat, tetapi justru memilih racun yang disangka sebagai obat, walaupun bisa menghilangkan sakit dalam sesaat. Berbeda dengan qalbu yang sehat. Ia akan memilih obat yang paling bermanfaat. Sedangkan Obat yang paling mujarab adalah Al Quran dan nutrisi yang paling bermanfaat adalah keimanan. Sebab sakitnya qalbu ini adalah godaan-godaan yang menghampirinya. Baik godaan syahwat maupun syubhat. Yang pertama menyebabkan rusaknya niat dan keinginan, adapun yang kedua menyebabkan rusaknya ilmu dan keyakinan. Hudzaifah bin Al Yaman Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbagai godaan menghampiri qalbu, sebagaimana memintal tikar sehelai demi sehelai. Maka setiap qalbu yang menerimanya akan ditandai dengan titik hitam. Adapun qalbu yang menolaknya, akan ditandai dengan titik putih. Sehingga akhirnya jadilah dua qalbu: qalbu yang hitam pekat seperti panci terbalik, tidak bisa mengenal yang makruf, tidak pula mengingkari yang mungkar, hanyalah nafsu yang merasukinya. Serta qalbu putih yang godaan tidak memadharatinya selama masih tegak langit dan bumi.” [H.R. Muslim]. Qalbu yang menerima godaan bagaikan tanah yang air merembes cepat masuk kedalamnya. Qalbu seperti ini akan diberikan tanda titik hitam. Ketika qalbu ini selalu menerima godaan yang datang, maka titik hitam semakin banyak dan akhirnya hitam pekat. Inilah makna sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti panci yang terbalik. Saat itulah godaan akan sangat mudah menghampirinya, godaan syahwat dan syubhat yang akan membinasakan. Syubhat berupa kerancuan berpikir dan kesamaran antara yang makruf dan yang mungkar, atau bahkan kadang menyakini sebaliknya. Dan godaan syahwat dengan menjadikan hawa nafsunya sebagai hakim. Ketundukan dan ketaatannya terhadap agama adalah ketika sesuai dengan nafsunya. Qalbu yang putih bersih akan berkilau sinar keimanannya. Ketika godaan menghampiri ia akan mengingkari dan menolaknya. Ia hidup dengan nutrisi iman, sehat dengan obat Al Quran. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.” [Q.S. Al Anfal:24]. Diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Al Fawa’id, bahwa kehidupan yang bermanfaat adalah dengan menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya lahir maupun batin. Sedangkan Imam Qatadah menafsirkan ayat tersebut bahwa maksud dari seruan Allah dan rasul-Nya adalah Al Quran. Di dalamnya terdapat kehidupan, jaminan, keselamatan, dan penjagaan dunia serta akhirat. Qalbu yang hidup dan sehat dengan iman dan Al Quran akan mampu membedakan antara yang benar dan yang batil, antara hidayah dan kesesatan. Kemudian mampu memilih kebenaran daripada keburukan. Kehidupan inilah yang akan memberikan kekuatan kepadanya untuk membedakan antara yang bermanfaat dan bermadharat dari berbagai ilmu, keinginan, dan amalan. Akan memberikan kepadanya pula kekuatan keimanan, kemauan, serta kecintaan terhadap kebenaran, sekaligus kekuatan kebencian dan antipati terhadap lawannya. Jadi, kemampuan membedakan antara yang benar dan yang batil, kecintaan, dan kebenciannya terhadap kebatilan sesuai dengan kadar kehidupan qalbunya. Sebagaimana badan yang hidup dan sehat, pengindraannya terhadap perkara yang bermanfaat atau bermadharat lebih sempurna, sehingga kecondongannya kepada yang bermanfaat dan kebenciannya terhadap yang bermadharat akan lebih besar pula. Allahu a’lam. [Ustadz Farhan].

Cahaya Islam mulai nampak menyusup sebagian anggota masyarakat Mekah. Lambat laun pemeluk agama Islam pun mulai bertambah. Hal ini berarti ancaman bagi agama kesyirikan yang dipeluk penduduk Mekah kala itu. Mulailah kaum musyrikin merasa gerah. Mereka berupaya dengan berbagai macam cara untuk memadamkannya. Sudah berbagai cara mereka tempuh, mulai dari sekedar mengolok-olok, mencaci maki, menuduh […]

Seorang muslim adalah orang yang semangat mengusahkan kemanfaatan bagi dirinya, baik kemanfaatan dunia maupun akhirat. Ia selalu berusaha keras disertai penuh tawakal dan doa memohon kepada Allah Yang Maha Kaya lagi Dermawan. Karena ia yakin bahwa Allah menjamin akan memberi seorang yang demikian itu. Apalagi Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat-Nya: وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ […]

Di negeri Indonesia kita tercinta ini, merokok bukan hal yang dilarang. Bebas mau merokok di mana saja, kapan saja. Iklan rokok -meskipun tidak boleh mempertontonkan adegan menghisap rokok secara eksplisit- berjamur di mana-mana. Akibatnya, tak sedikit dari pemuda Indonesia ini yang terkena imbasnya. Tercatat, 80 % perokok Indonesia berusia kurang dari 19 tahun berdasarkan survei […]

Layaknya bahtera berlayar mengarungi lautan, kadang terguncang ombak besar dan terpaan angin kencang. Saat itulah, sangat diperlukan keberadaan nahkoda yang handal. Nahkoda yang tenang dalam menghadapi masalah, cerdas dalam mengambil keputusan, tegas dalam menentukan kebijaksanaan, dan handal dalam menjalankan kepemimpinan. Agar bahtera dapat sampai dengan selamat sampai tujuan. Begitu pula menjalani kehidupan rumah tangga, tentu […]

Bagaikan mengukir di atas batu, demikian perumpamaan bagi orang yang belajar pada masa-masa emasnya. Maksudnya, bahwa belajar pada masa kanak-kanak akan melekat kuat dalam jiwa, bagaikan lukisan yang digoreskan di atas batu akan tergambar jelas tidak mudah hilang. Masa-masa emas ini pulalah yang dimanfaatkan oleh pendidik terbaik sepanjang sejarah manusia, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak heran, banyak sekali didapatkan para cendekiawan muda yang terlahir dari bimbingan beliau. Kita kenal Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu, Anas bin Malik Rahimahullah, Abdullah bin Masud Rahimahullah, dan masih banyak lagi, mereka adalah ulama, yang mencapai derajat tinggi dalam umur yang masih relatif muda. Seandainya kita lihat sistem pendidikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan dapatkan bahwa beliau mendidik umat dalam setiap kesempatan. Bukan hanya dalam majelis-majelis ta’lim, bahkan ketika sedang safar, saat berboncengan, dan pada setiap keadaan. Termasuk pula saat anak bermain. Seperti dalam hadits yang diriwatkan oleh Imam Al Bukhari, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu,,,,,,, ia mengisahkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berkunjung ke rumahnya. Pernah suatu hari burung kecil, peliharaan Abu Umair (adik Anas bin Malik) yang ia bermain dengan burung tersebut mati, melihat kesedihan anak kecil tersebut Rasulullah menghiburnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Umair kenapa burungmu?” Dalam sepenggal hadits ini banyak sekali muatan pendidikan yang ingin Rasulullah sampaikan. Bahkan Imam Asy Syafi’i menyimpulkan kurang lebih 40 pendidikan dalam hadits ini. Minimalnya bagi si anak tersebut adalah tertanamnya kecintaan terhadap sosok pengajar karena perhatian besar yang diberikan. Maksud dari uraian ini adalah agar kita sebagai orang tua tidak membiarkan masa-masa emas anak lewat begitu saja. Sekedar untuk main-main tanpa ada unsur pendidikan. Apalagi main-main adalah dunianya anak-anak. Main dan mainan adalah sesuatu yang hampir tidak terlepaskan dari anak-anak. Sebagian besar waktu mereka adalah untuk bermain. Dalam kegiatan inilah sejatinya mereka banyak belajar. Mereka selalu ingin tahu dan mencoba. Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan tanpa adanya tujuan yang serius. Satu-satunya tujuan adalah perasaan senang pada saat melakukannya. Karenanya, bermain sangat dekat dengan dunia anak-anak. Pada kegiatan seperti inilah kesempatan yang sangat bagus bagi orang tua untuk memberikan pendidikan bagi mereka. Secara garis besar usia bermain pada anak dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap: Tahap pertama adalah penjelajahan. Tahap ini mulai usia bayi sampai satu tahun. Pada usia ini kegiatan bermain bayi berupa memandang di sekitarnya. Lalu, ketika otot tangan mulai kuat bayi mulai senang menggenggam dan mengguncang-guncang benda kecil. Daerah penjelajahan menjadi lebih luas ketika mereka mulai merangkak atau belajar berjalan. Pada usia inilah anak banyak merekam kejadian di sekitarnya. Sehingga orang tua bisa memberikan pembelajaran dengan menciptakan suasana yang religius. Dengan memperdengarkan anak kalimat-kalimat thayyibah seperti bacaan murottal, ucapan do’a, tutur kata yang santun, dan yang lainnya. Juga memperlihatkan kepada mereka kegiatan-kegiatan ibadah seperti shalat, qiraatul Quran, dan muamalah yang bagus. Idealnya, kondisi seperti ini dipertahankan sampai kapanpun. Tahap kedua usia antara satu sampai lima atau enam tahun. Semakin sempurna otot tubuh memungkinkan anak menguasai berbagai alat bermain. Umumnya anak usia satu sampai tiga tahun, anak masih bermain sendiri. Sekalipun mereka bermain bersama dengan yang seusia, tetapi masing-masing sibuk dengan alat bermainnya sendiri. Pada tahap ini dan selanjutnya, kebutuhan peran dan bimbingan orang tua terhadap anak dalam kegiatan bermain lebih besar. Mulai dari pengaturan waktu bermain, alat bermain, dan cara permainannya. Orang tua hendaknya membiasakan anak cara mengatur dan membagi waktunya. Jangan sampai waktu bermain bertabrakan dengan jam istirahat, waktu makan, atau saat beribadah maupun jadwal belajar yang sesungguhnya. Alat bermain pun, hendaknya orang tua memilihkan bagi anak yang bersifat edukatif. Seperti mewarnai gambar, balok susun, dan yang lainnya. Saat orang tua mendampingi dan membimbing mereka bermain inilah waktu yang tepat untuk menyisipkan pengajaran kepada mereka, seperti pelajaran akidah, akhlak, adab, kosakata bahasa arab atau yang lainnya. Tahap ketiga. Meningkatnya kemampuan berpikir dan bersosialisasi membuat mereka lebih menyukai permainan yang melibatkan teman. Pada tahap ini pengawasan orang tua relatif lebih susah. walapun orang tua tidak bisa sepenuhnya mengawasi, bukan berarti orang tua melepaskan begitu saja. Pada tahap inilah orang tua menekankan pengajaran akhlaqul karimah kepada anak, berupa: sifat amanah, menghargai orang lain, kejujuran, kasih sayang, berbagi dengan teman, menolong yang kesulitan, dan akhlak yang lainnya, yang sangat mungkin didapat saat anak bermain dengan temannya. Jadi, orang tua yang sayang anak bukan artinya memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain dengan sebebas-bebasnya. Tapi orang tua yang sayang anak adalah yang berusaha keras mengusahakan keshalihannya, sampai dari hal main dan mainan. Orang tua yang bijak akan terus memerhatikan dan memberikan pendidikan anak sesuai dengan pertumbuhan anak. Allahu a’lam. [Ustadz Farhan].

Ashabul ukhdud adalah kaum yang dilaknat oleh Allah. Mereka adalah sekelompok kaum yang membuat parit di jalan-jalan kota kala itu, kemudian mereka nyalakan api yang besar didalamnya. Dengan api inilah mereka memaksa orang-orang yang beriman untuk kembali kepada agama mereka semula, agama yang menjadikan makhluk sebagai sesembahan selain Allah. Setiap orang yang beriman kepada Allah […]

Siapa bilang waktu muda cuma untuk hura-hura? Waktu muda adalah waktu yang prospektif untuk investasi masa datang. Jangan tunggu masa tua kalau bisa dikerjakan di hari ini. Siapa sih yang tidak mau masuk surga? Tapi, perlu kita ketahui bahwa masuk ke dalam surga itu bukan perkara yang mudah kecuali orang yang dimudahkan oleh Allah. Karena, […]

Sobat Tashfiyah, Kamu pasti punya idola, ya kan? Entah itu bunda kamu, ayah kamu, teman kamu, guru, atau idola-idola yang lain. Bagus sih kalau yang dijadikan idola orang yang baik untuk diambil sisi kebaikannya. Lah, kalau yang dijadikan idola malah orang-orang yang nggak genah (boleh kamu baca: nggak normal)? Adalah biasa seorang insan memiliki idola. […]

Tidaklah seorang yang berilmu, seorang pemilik kemuliaan, ataupun seorang pemilik keutamaan kecuali pasti memiliki kekurangan. Namun siapa yang keutamaannya lebih banyak dari kekurangannya maka akan hilanglah kekurangan tersebut, sebagaimana apabila kekurangannya lebih banyak maka akan pergilah keutamaannya. [H.R. Malik bin Anas dinukilkan dari Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi]