Artikel Islami

Baca artikel Islami pilihan dari berbagai media terpercaya

Menyambut Anak Pulang Sebagai Pejuang
Atsar.id
Atsar.id

Menyambut Anak Pulang Sebagai Pejuang

(126) Menyambut Anak Pulang Sebagai Pejuang Thalabul Ilmi artinya sedang berjuang. Ia memperjuangkan agama Allah. Berjuang menghimpun ilmu. Bahkan, thalabul ilmu menjadi perjuangan terbaik di zaman ini. Anak yang sedang thalabul ilmu adalah seorang pejuang. Pesantren menjadi medan juangnya. Di pesantren, banyak hal yang harus ia perjuangkan. Ada tugas-tugas yang ia pikul. Berjuang dalam thalabul ilmi sangatlah berat. Bahkan, seringkali lebih berat dibanding berjuang di area perang fisik yang menggunakan alat-alat perang, seperti pedang dan tombak. Maka, jika anak pulang -apapun alasannya-, sambutlah ia sebagai pejuang! Rasanya sedih jika pulangnya anak dianggap beban.&nbsp. Anak dijadikan alasan yang memberati pikiran. Seolah-olah ia sebagai musuh yang hendak dihindari. Baginya, anak sama saja dengan masalah dan problem. Saudaraku, sebelum menikah, bukankah cita-citamu bisa memiliki anak?  Setelah menikah, apa hal yang paling engkau inginkan? Anak, bukan? Siang malam berdoa. Pagi petang meminta. Semua cara dilakukan agar segera punya anak. Lalu, setelah Allah kabulkan. Allah memberimu anak, lalu engkau anggap sebagai beban hidup? Aneh! Al Husain, cucu Rasulullah ﷺ , sedang bermain di luar rumah. Saat itu, Nabi Muhammad ﷺ dan sejumlah sahabat sedang menghadiri undangan makan. Melihat cucunya, Rasulullah ﷺ mempercepat langkah dan segera menemui. Dengan membentangkan kedua tangan, beliau mencandai Al Husain. Sampai Al Husain pun tertangkap lalu digendong oleh Rasulullah ﷺ. ( Sahih Adabul Mufrad 364 dari sahabat Ya'la bin Murrah ) Di lain kesempatan, Al Hasan dan Al Husain datang. Rasulullah ﷺ pun langsung mendekap dan memeluk mereka berdua. Beliau bersabda ;  إنَّ الولدَ مَبخلةٌ مَجبنةٌ " Sungguh! Anak menjadi sebab orangtuanya kikir dan penakut " ( Disahihkan Al Albani dalam Sahih Ibnu Majah no.2972) Kenapa demikian? Sebab, anak menjadi segala-galanya bagi orangtua.  Seseorang yang semasa mudanya dikenal pemberani, suka tantangan, dan pantang ditentang, bisa berubah penakut karena memikirkan anaknya. Seseorang bisa saja dermawan, namun ketika dihadapkan pada dua atau lebih pilihan, ia akan memilih anaknya. Ia simpan harta, ia tabung uang, ia sisihkan dana, buat anaknya. Anak menjadi buah hati. Penyejuk mata. Selalu hadir dalam benak. Dirindukan tawanya. Bahkan tangisannya pun menenangkan. Sungguh celaka orangtua yang merasa terbebani anak, padahal ia juga yang berharap kehadirannya di dunia. Nabi Muhammad ﷺ selalu menyambut kedatangan anaknya. Untuk anak, Nabi Muhammad ﷺ  memberikan ruang. Selalu ada tempat duduk di dekat beliau, entah di kanan atau di kiri, buat anak. Nabi Muhammad  ﷺ pasti menampakkan bahagia dan memperlihatkan gembira setiap kali putrinya, Fathimah, datang. Beliau sambut dengan kata-kata manis ; مَرْحَبًا بِابْنَتِي " Selamat datang, aku sambut engkau, wahai Putriku " ( HR Bukhari 5928 Muslim 2450 ) Nabi Ya'qub - bi idznillah -, dapat melihat kembali padahal sebelumnya buta. Saking gembiranya, begitu bahagianya.  Setelah puluhan tahun terpisahkan dengan anaknya, yaitu Nabi Yusuf. Belum juga bertemu, masih sebatas mencium aroma gamis Nabi Yusuf. Bertemu anak adalah momen indah dalam hidup. Jika anak pulang, dengan alasan apapun. Entah bolos, kabur, atau tidak betah di suatu tempat, ia tetaplah anak. Sambutlah dia dengan hangat! " Masya Allah, Abi rindu. Kini engkau pulang ", " Subhanallah, anak Ummi tambah besar dan dewasa ", " Ada pakaian kotormu, biar Ummi cucikan ", " Engkau ingin makan apa, Nak? ", atau kalimat-kalimat cinta semisal. Biarlah ia tenang. Buat ia merasa terlindungi. Alhamdulillah ia pulang ke rumah. Artinya, ia masih menganggap rumah sebagai tempat mencari kedamaian. Ia masih kembali ke orangtua. Ia pulang karena berharap diayomi, dilindungi, dan dikuatkan orangtua. Jika sudah ada kesempatan, tiba momen yang tepat, tawarkan bantuan untuknya, " Apa yang bisa Abi atau Ummi bantu, Nak?". Tidak perlu menginterogasi. Sebab, jika merasa nyaman, anak akan bercerita selengkapnya. Jika thalabul ilmi adalah proses berjuang, maka bisa jadi anak sebagai pejuang pulang dalam keadaan penuh luka. Bisa jadi ia kalah berperang. Bisa juga ia dipukul mundur musuh. Mungkin turun semangatnya. Tugas orangtua adalah memotivasi dan suntikkan semangat untuknya. Lebih-lebih jika anak pulang dengan izin ustadznya. Ia pulang karena memang liburan lebaran. Apa salah anak, jika ia ingin mencari kehangatan kasih sayang orangtuanya? Jika khawatir anak akan bergaul dengan teman-teman yang buruk selama liburan, maka pertanyaannya, " Kenapa ia memilih bergaul dengan teman-temannya yang buruk? " Jawabannya : karena anak tidak nyaman di rumah. Maka, buatlah rumah menjadi tempat ternyaman buat anak.  Semoga Allah Ta'ala memberi hidayah buat anak-anak kita. Lendah, 05 Dzulhijjah 1443 H/05 Juli 2022 t.me/anakmudadansalaf

Anak Muda dan Salaf
Jul 15, 20224 min read
Walau Sebatas Ingin Bederma
Atsar.id
Atsar.id

Walau Sebatas Ingin Bederma

&nbsp.(125) Walau Sebatas Ingin Bederma Dia punya seorang teman. Dia ingin seperti temannya. Suka bederma. Senang berbagi. Apalagi buat agama. Dia hanya bisa berandai-andai, " Semoga aku bisa seperti dia. Suka bederma. Senang berbagi. Apalagi untuk agama " Kamus Bahasa Indonesia mengartikan iri; sebagai sikap kurang senang melihat kelebihan orang lain. Sementara hasad, disebut dengan dengki. Dia iri kepada temannya. Tapi, bukan iri karena benci. Bukan sebab tidak suka. Apalagi membayangkan temannya itu kehilangan atau berkurang kenikmatan. Nabi Muhammad ﷺ menerangkan  (HR Bukhari 5025 Muslim 815 dari sahabat Ibnu Umar) : لا حسدَ إلا على اثنتينِ  " Tidak boleh hasad kecuali terhadap dua orang "  Nabi Muhammad ﷺ membahasakan dengan hasad. Namun, bukan dalam arti yang tercela atau terlarang. Tidak disebabkan benci atau kurang suka. Siapa mereka? Kenapa hasad diperbolehkan terhadap mereka? Satu dari dua jenis orang itu adalah : رجلٌ آتاه اللهُ مالًا فهو ينفقُ منه آناءَ الليلِ وآناءَ النهارِ " Seseorang. Allah memberinya harta. Ia berinfak sepanjang malam, sepanjang hari, dengan harta itu " Bukan semata-mata kaya raya. Tidak hanya karena banyak harta. Tapi, tidak dipakai buat kebaikan. Buat dihabiskan untuk foya-foya dan sia-sia. Terhadap orang semacam itu, buat apa iri? Adakah gunanya? Tapi, iri lah kepada seorang dermawan. Ia berharta dan harta itu ia pakai buat infak, sedekah, wakaf, hibah, dan amal kebaikan lainnya. Iri lah kepada orang dermawan. Tidak hanya memikirkan diri sendiri. Bukan ingin memuaskan diri. Justru ia kurang tenang dan tidak senang, bila tidak bisa berbagi. Nabi Muhammad ﷺ bersabda : لَوْ كانَ لي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا ما يَسُرُّنِي أنْ لا يَمُرَّ عَلَيَّ ثَلاثٌ، وعِندِي منه شيءٌ إلَّا شيءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ " Andai aku punya emas sebanyak gunung Uhud, aku tidak merasa tenang, berlalu 3 hari kemudian masih ada yang tersisa. Kecuali yang aku siapkan untuk melunasi utang " (HR Bukhari 2389 Muslim 991 dari sahabat Abu Hurairah) Subhanallah!  Sedemikian dermawan Nabi Muhammad ﷺ. Beliau hanya ingin memberi, memberi, dan memberi. Berbagi, berbagi, dan terus berbagi. Lebih-lebih, Nabi Muhammad ﷺ menyatakan : وإنَّما أنا قاسِمٌ ويُعْطِي اللَّهُ " Saya hanya sebatas membagi. Allah lah yang memberi " (HR Bukhari 71 Muslim 1037 dari sahabat Muawiyah) Artinya? Beliau mengingatkan bahwa harta yang ada, harta yang dipunya, hakikatnya milik Allah. Dia-lah yang memberikan dan menitipkan. Tugas hamba adalah membagikan dan menyalurkan di jalan- Nya. 0000____0000 Dia punya seorang teman. Dia ingin seperti temannya. Suka bederma. Senang berbagi. Apalagi buat agama. Dia hanya bisa berandai-andai, " Semoga aku bisa seperti dia. Suka bederma. Senang berbagi. Apalagi untuk agama " Dia juga susah hati. Sedih. Menangis. Bahkan seolah-olah tersiksa.  Ingin rasanya bederma. Maunya ia saja yang membangun masjid, mendirikan pesantren, membebaskan lahan, membiayai santri-santri, menanggung operasional pendidikan, dan mewakafkan apa yang diperlukan untuk berdakwah. Tapi, dia tidak bisa. Sebab, ia tak berharta. Atau terkadang ada harta, namun belum bisa berlapang dada. Kadang dia berpikir, apakah pantas sederajat di surga dengan Nabi Muhammad ﷺ yang terdepan dalam berinfak? Bisakah ia sederajat di surga dengan Abu Bakar Ash Shidiq yang berinfak dengan semua harta? Umar bin Khattab yang berinfak separuh harta? Atau Utsman bin Affan yang sedekahnya tidak terhitung karena saking sering dan begitu banyaknya? Maunya berjumpa dan dihimpun di surga bersama Rasulullah ﷺ , bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, namun apakah itu hanya angan-angan tanpa kenyataan? Sementara, pikirnya, dia masih belum bisa seperti Rasulullah ﷺ yang memberi seperti orang yang tidak takut miskin. Sebab, tidak ada orang dermawan jatuh miskin. Lendah, 28 Dzulqa'dah 1443 H/27 Juni 2022  (Tentang teman yang berkenan wakaf tanah. Baarakallah fiik) t.me/anakmudadansalaf

Adab & Akhlak
Jul 14, 20223 min read
Kisah Utsman bin Affan Menjadi Khalifah
Atsar.id
Atsar.id

Kisah Utsman bin Affan Menjadi Khalifah

UTSMAN BIN AFFAN MENJADI KHALIFAH Al-Ustadz Abu Abdirrahman Huda حفظه الله تعالى Pada saat mangkatnya Amirul Mukminin Umar bin Khaththab رضي الله عنه, kaum Muslimin tertimpa ujian dengan kehilangan seorang shahabat Rasul ﷺ yang paling utama setelah Abu Bakr Ash Shidiq رضي الله عنه. Manusia pun berkumpul menuju Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه. Mereka bermusyawarah dengannya tentang permasalahan ini. Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه memanggil Sa'ad dan menanyakan kepadanya, “Siapa orang yang engkau tunjukkan kepadaku untuk menjadi pengganti️? Adapun aku dan engkau, kita tidak menginginkannya. Maka Sa'ad pun menjawab, “Utsman.” maka Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه mengajak musyawarah beberapa orang dari kalangan pembesar shahabat dan kebanyakan mereka condong untuk Utsman bin Affan menjadi khalifah. Para pemuka shahabat pun memilih Utsman bin Affan رضي الله عنه sebagai pengganti Umar رضي الله عنه. Manusia serentak berbaiat kepada beliau setelah 3 hari dari wafatnya Umar bin Khaththab رضي الله عنه. Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه mengatakan kepada Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, “Wahai Ali, sesungguhnya aku melihat manusia tidaklah keluar dari Utsman. Maka janganlah engkau menjadikan pada dirimu jalan." Ali Abi Thalib رضي الله عنه pun membaiatnya. Beliau mengatakan sambil mengambil tangan Utsman رضي الله عنه, “Kami membaiatmu di atas sunnah Rasul-Nya dan di atas sunnah kedua khalifah yang setelahnya." Lalu Abdurrahman bin Auf dan para shahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar membaiat Utsman رضي الله عنه. Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه saat pembaiatan itu duduk untuk membaiatnya, beliau membaca tahmid dan memuji Allah kemudian beliau berkata sesungguhnya manusia hanya mau membaiat Utsman bin Affan. Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى yang telah menjadikan urusan kaum muslimin bersatu tidak ada perselisihan saat pengangkatan Utsman bin Affan رضي الله عنه menjadi khalifah. Dengan diangkatnya Utsman bin Affan menjadi khalifah setelah wafatnya Umar رضي الله عنه berarti para shahabat telah menunaikan harapan dan wasiat Umar bin Khaththab رضي الله عنه yang mengutus Abu Thalhah Al Anshari رضي الله عنه untuk menyampaikan wasiatnya. Beliau mengatakan, “Janganlah sampai berlalu tiga hari kecuali sudah ada yang memimpin kaum muslimin." Demikianlah Allah سبحانه وتعالى telah menetapkan Utsman bin Affan menjadi khalifah. Seorang shahabat yang memiliki keutamaan yang besar. Malaikat pun malu darinya. Seseorang yang Rasulullah ﷺ nikahkan dengan kedua putrinya. Ruqayah رضي الله عنها, dan setelah Ruqayah wafat, maka beliau ﷺ menikahkannya dengan Ummu Kultsum رضي الله عنها. Gelar dzun nurain, pemilik dua cahaya pun, melekat pada diri beliau رضي الله عنه.&nbsp. Pada masa beliau, ditaklukkanlah benteng-benteng yang kokoh dari kekuasaan Romawi dengan banyak membutuhkan pengorbanan. Pada masa-masa awal kepemimpinan Utsman, Allah سبحانه وتعالى telah mengaruniakan kaum muslimin dengan ditaklukkannya negeri Ar Ray.  Sejalan dengan luasnya negeri-negeri Islam dan banyaknya penduduk kota Makkah serta banyaknya jamaah haji, maka pada tahun 26 H, Utsman رضي الله عنه memperluas Masjidil Haram sehingga kaum muslimin tidak berdesak-desakan ketika Haji. Beliau membeli tanah-tanah yang ada di sekitar Masjidil Haram. Pada tahun ke 27 H, beliau memerintahkan Muawiyah رضي الله عنه untuk menaklukkan Qabrus. Mu'awiyah pun mengarungi bahtera lautan untuk melaksanakan perintah Utsman رضي الله عنه. Ubadah bin Shamit dan istri beliau, Ummu Haram bintu Milhan Al Anshariah, ikut serta dengan pasukan Mu'awiyah. Namun, Ummu Haram terjatuh dari tunggangannya dan menyebabkan beliau gugur menjadi syahidah.  Ya, dan ini sejatinya telah Rasulullah ﷺ kabarkan. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya, “Ada sekelompok orang dari umatku yang dihadapkan pada peperangan di jalan Allah, mereka menaiki bahtera di atas laut layaknya raja-raja di atas singgasananya.” Ummu Haram رضي الله عنها waktu itu berkata, "Mintalah kepada Allah supaya aku termasuk mereka.” Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa, kemudian meletakkan kepalanya dan tidur kemudian bangun sambil tertawa. Ummu Haram pun bertanya, dan Rasulullah ﷺ menjawab dengan jawaban yang seperti sebelumnya. Beliaupun meminta kembali kepada Rasulullah ﷺ untuk mendoakannya maka beliau pun berkata, “Kamu termasuk golongan yang pertama.”  Di tahun tersebut, Utsman mengganti Amr bin Ash yang sebelumnya menjadi gubenur Mesir. Beliau menggantinya dengan Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Di bawah kepemimpinan beliau inilah, para mujahidin mengadakan ekspansi ke Afrika. Dan segala puji bagi Allah, kaum mujahidin dapat menaklukkannya dengan mudah. Kala itu, setiap prajurit mujahidin banyak mendapatkan rampasan perang. Sampai-sampai, dikatakan bahwa setiap prajurit mendapatkan 1000 dinar dan ada yang mengatakan 3000 dinar. Jumlah ini, jika dirupiahkan akan setara dengan milyaran rupiah, sungguh jumlah yang sangat banyak.  Pada tahun ke 29 H Utsman bin Affan رضي الله عنه meluaskan Masjid Nabawi di Madinah. Beliau membangun dindingnya dan tiangnya dari batu serta atapnya dari kayu. Kala itu masjid diperluas dengan ukuran panjang 66 hasta dan lebar 150 hasta.  Utsman رضي الله عنه memerhatikan rakyatnya dengan sungguh-sungguh. Berbagai kenikmatan dan kecukupan sangat dirasakan kala itu. Al Hasan Al Bashri رحمه الله mengatakan, “Aku melihat juru panggil Utsman bin Affan رضي الله عنه sedang memanggil-manggil, “Wahai manusia kemarilah ambillah jatah bagian kalian."  Maka kaum muslimin berduyun- duyun datang mengambil jatah bagian mereka. 'Kemarilah ambil pakaian-pakaian untuk kalian. Kemarilah ambillah daging dan madu untuk kalian.' Maka mereka mengambil kesejahteraan yang Allah karuniakan kepada mereka, kedamaian dan keamanan pun dapat dirasakan kaum muslimin.”  Walaupun kedudukan beliau berada di pucuk kepemimpinan, hal itu tidaklah menghalangi beliau untuk tawadhu dan memerhatikan hak orang lain sekali pun kepada pembantu beliau. Inilah yang terpancar dari diri seorang yang mulia ini. Abdullah Ar Rumy mengatakan, "Dulu Utsman رضي الله عنه mengambil sendiri air wudhu di malam hari."  Ada yang mengatakan kepada beliau, "Andaikata engkau mau menyuruh pembantu niscaya mereka akan melayani.” Maka Utsman رضي الله عنه pun menyanggahnya, “Tidak, waktu malam waktu untuk istirahat mereka."  Beliau menjadi khalifah selama 12 tahun. Banyak jasa-jasa beliau yang dirasakan kaum muslimin. Beliau berupaya menyejahterakan masyarakat, menciptakan rasa aman, dan selalu memerhatikan keadaan rakyatnya. Beliau menanyakan keadaan kaum muslimin yang sakit, yang kelaparan sebagaimana yang di katakan Musa bin Thalhah “Aku melihat Utsman bin Affan رضي الله عنه pada hari Jumat memakai dua pakaian berwarna kuning.  Beliau duduk di mimbar dan muadzin mengumandangkan adzan. Kemudian Utsman menanyakan siapa di antara mereka yang kelaparan dan siapa di antara mereka yang sakit." Walaupun demikian keadaan  kepemimpinan Utsman رضي الله عنه, masih saja ada orang-orang yang menginginkan kerusakan. Mereka mengkritisi, mencela, dan menuduh  Utsman رضي الله عنه. Mereka menuduh Utsman melakukan nepotisme, padahal keluarga yang diangkat memang memiliki kemampuan dalam mengemban amanah. Selain itu, pegawai yang bukan dari keluarga beliau pun banyak. Sayangnya, hati mereka telah ditutupi hawa nafsu. Mereka memaksa Utsman رضي الله عنه melepaskan baju kepemimpinan. Mereka lupa jasa-jasa Utsman dalam menaklukkan negeri-negeri. Mereka menutup mata atas jasa Utsman meluaskan Masjid Nabawi dengan dana yang beliau miliki. Sebagaimana dahulu, Utsman juga menginfakkan ribuan dinar dan 300 unta disertai bekalnya untuk pasukan yang hampir dibatalkan keberangkatannya karena tiada bekal. Saat itu Rasulullah ﷺ mengatakan yang artinya, “Tidaklah membahayakan Utsman apa yang dilakukannya setelah hari ini.” Beliau juga membeli sumur rumah dengan hartanya sehingga penduduk Madinah bisa meminumnya. Mereka menutup mata atas kedermawaan Utsman رضي الله عنه pada saat-saat paceklik yang dialami kaum muslimin pada masa Umar bin Khaththab رضي الله عنه. Saat itu, kafilah dagang Utsman datang dengan seribu unta membawa gandum, minyak zaitun, dan anggur kering. Semuanya diinfakkan kepada fakir miskin pada masa itu. Pada hari Jumat 18 Dzulhijjah di tahun ke-35 setelah hijrah, para pemberontak menghabisi nyawa Utsman رضي الله عنه. Mereka berusaha untuk mengudeta kepemimpinan Utsman bin Affan رضي الله عنه. Namun, beliau berupaya menunaikan wasiat Rasulullah ﷺ, sebuah wasiat yang tidak bisa terlupakan di dalam sanubarinya, “Wahai Utsman, barangkali Allah akan memakaikan baju kepadamu, maka apabila ada orang munafik menginginkan untuk melepasnya maka janganlah engkau lepaskan sampai engkau berjumpa denganku.” Itulah wasiat beliau ﷺ.  “Utsman akan terbunuh pada masa-masa ujian dalam keadaan terzalimi.” Demikian Rasulullah ﷺ sampaikan dalam kesempatan yang lain. Beliau pun bersabar menanti datangnya janji Rasulullah ﷺ. Kesabaran luar biasa kala masa-masa kritis di akhir masa kekhilafahan beliau. Memang Allah سبحانه وتعالى telah menjadikan kesabaran sebagai amalan yang besar dan Allah telah menyiapkan pahala yang tiada tara. Lisan Utsman bin Affan رضي الله عنه waktu itu pun berucap, “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ menjanjikan kepadaku suatu janji maka aku bersabar dengan janji tersebut.”  Karena kesabaran yang luar biasa pada diri Utsman ini, Abdurahman bin Mahdi رحمه الله mengatakan, “Dua perangai yang tidak ada pada Abu Bakar dan Umar: kesabaran pada saat beliau dibunuh dan saat beliau mengumpulkan manusia pada satu mushaf.” Memang, kesabaran merupakan kepahitan yang membutuhkan pengorbanan. Terkadang harta, terkadang tenaga, dan terkadang nyawa. Namun Allah سبحانه وتعالى menyiapkan pahala yang besar bagi orang-orang yang sabar, dan kesudahan bagi orang yang bersabar lebih manis daripada madu yang paling manis sekali pun. Kesabaran Utsman ini membuahkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى berfirman:  وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ “Dan orang-orang yang bersabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun dengan terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan, maka dialah yang mendapatkan tempat kesudahan yang baik.” (Q.S. Ar Ra'd: 22) Utsman bin Affan رضي الله عنه menutup usianya dalam keadaan syahid. Beliau wafat sebagai seorang syahid yang sabar menunggu janji Allah سبحانه وتعالى. Semoga Allah سبحانه وتعالى meridhai beliau. Amin. والله تعالى عالم بااصواب Referensi: Tarikhul Khulafa' Shuwar Min Hayatis Shahabah. Sumber || Majalah Qudwah Edisi 015 || t.me/majalah_qudwah

Kisah
Jun 24, 20228 min read
Temukan Kelebihan Anak!
Atsar.id
Atsar.id

Temukan Kelebihan Anak!

(122) Temukan Kelebihan Anak! Anak identik dengan dunia unik. Alam berpikir mereka menjelajah jauh. Anak-anak tetaplah anak-anak. Belum bisa dinilai apalagi disamakan dengan yang telah dewasa. Orang dewasa saja masih banyak yang kekanak-kanakan! Menilai anak jangan terburu-buru! Tidak boleh menghukumi, sementara mereka masih proses berkembang. Apa alasan Anda memutuskan seorang anak . bodoh, nakal, lemah ingatan, pemalas, suram masa depannya, tidak bisa apa-apa, hanya beban saja, atau vonis-vonis buruk lainnya?! Setiap anak pasti punya kelebihan. Jangan hanya melihat kekurangan-kekurangannya saja! Ada yang lemah secara akademis, namun unggul di bidang sosial. Ada yang terbelakang dalam hafalan, tetapi kedisiplinan waktunya menakjubkan. Ada anak kurang daya ingatnya, di sisi lain ia pantang menyerah. Tidak ada anak terlahir sia-sia. Setiap anak di atas fitrah, kedua orangtuanya lah yang berpengaruh. Menyaksikan alam semesta beserta seluruh ciptaan yang ada, doa orang beriman adalah : رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّار " Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa neraka " (QS Ali Imran: 191) Ya Allah, tiadalah Engkau menciptakan anak-anak kami sia-sia. Maha suci Engkau. Lindungilah kami dan anak-anak kami dari siksa neraka. 0000____0000 Mata pelajaran dan disiplin ilmu, anak-anak pun berbeda-beda. Ada yang lemah di satu bidang ilmu, namun kuat di bidang yang lain. Ada yang berbakat di satu mata pelajaran,  tetapi di mata pelajaran lainnya tertinggal jauh. Tidak mengapa lah! Selama masih mau belajar, tetap kita support. Asalkan ada keinginan belajar, kita semangati saja. Adz Dzahabi ( Tadzkiratul Huffaz 3/1031) menyatakan, " Banyak ulama spesialisasi nya di satu bidang ilmu, namun tidak di bidang yang lain. Sibawaih, contohnya. Beliau imam di bidang Nahwu, namun tidak mendalami hadis. Waki' adalah imam di bidang hadis, tetapi tidak menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab. Abu Nuwas tokoh penyair, namun di bidang lainnya tidak. Abdurrahman bin Mahdi tokoh besar ilmu hadis, tidak mengerti ilmu kedokteran sama sekali. Muhammad bin Al Hasan pakar fikih tetapi tidak menguasai ilmu Qiraat. Juga Hafs yang menjadi imam di bidang Qiraat, namun lemah dalam hadis" Berikut ini contoh-contoh lain yang disebutkan Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala : 1. Adh Dhahak bin Muzahim. Ahli tafsir dan tidak begitu bagus dalam hadis (4/598) 2. Ibnu Ishaq. Pakar tarikh dan sejarah namun statusnya hasan dalam hadis (7/37) 3. Umar bin Hasan bin Dihyah. Pakar bahasa tetapi lemah di hadis (22/391) Intinya begini...  Sejak sedini mungkin, anak-anak harus dipantau dan dimonitor. Perkembangan mereka diamati, terutama mata pelajaran yang diajarkan, mana yang membuat anak tertarik dan senang, dan apa yang menjadikan mereka kesusahan. Mata pelajaran yang ia senangi, kita support semaksimal mungkin. Mata pelajaran yang baginya dirasa sulit, kita bantu dengan privat-privat. Menggunakan metode yang beragam. Tidak terkesan memaksa atau menekan di luar batas kemampuan. Optimis dan jaga harapan, bahwa ada bidang-bidang ilmu yang disenangi anak. Cari, temukan, lalu bantulah anak untuk mengembangkan. Boleh jadi anak kita ; ada yang ahli qiraat, ada yang pakar nahwu, ada yang menjadi sejarawan Islam, ada yang spesialis fikih, ada yang hafiz, ada yang menonjol materi akhlak nya, atau bidang ilmu lainnya.  Jangan menuntut anak menjadi ahli di segala bidang! Mari mendampingi anak dengan senang hati dan penuh kegembiraan. Agar anak-anak dapat tersenyum dan bahagia. Insya Allah.  رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ " Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami)" Lendah, 15 Dzulqa'dah 1443 H/15 Juni 2022 t.me/anakmudadansalaf

Keluarga
Jun 20, 20223 min read
«»
HomeRadioArtikelPodcast