Baca artikel Islami pilihan dari berbagai media terpercaya

 .(138) Jangan Mengulangi Kesalahan Yang Sama Anak-anak kita mesti sering diberi pemahaman tentang realita kehidupan yang pasti akan dihadapi. Dunia tidak sesempit ruang keluarga. Dunia tak sesederhana pesantren. Ibarat hutan, kehidupan dunia sangatlah liar dan buas. Sampai-sampai di be…

 .(137) Efek Sosial Santri Nakal Sekilas, santri diidentikkan dengan sosok yang saleh, rajin beribadat, dan benci pada hal-hal yang buruk. Walau begitu, realita tidak selalu demikian. Tetap saja, meski prosentasenya kecil, ada santri yang berpredikat nakal. Menurut KBBI, nakal diartikan : su…

BAGAIMANA KRITERIA HUJAN YANG BISA MENJADI UZUR UNTUK MENINGGALKAN SALAT BERJAMAAH? . Pertanyaan, Bismillah, Afwan ustadz ijin bertanya. Apakah hujan yang deras saja menjadi uzur meninggalkan salat berjamaah ke masjid atau cukup hujan saja? Jawaban, al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah, Pendapat yang kuat adalah hujan merupakan sebab yang menjadikan seorang muslim disyariatkan melakukan ibadah salat wajib di rumah baik hujan tersebut deras ataupun hanya sekadar gerimis, baik seorang muslim terganggu dengan beceknya jalan untuk berangkat ke masjid atau pun tidak, yang jadi tolok ukurnya adalah hujan. Al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah menyebutkan di dalam kitab shahihnya, ذكر البيان بأن حكم المطر القليل وإن لم يكن مؤذيا فيما وصفنا حكم الكثير المؤذي منه "Penjelasan tentang bahwa hukum hujan yang gerimis sekalipun tidak mengganggu, maka hukumnya sama dengan hujan deras yang mengganggu." Lalu beliau menyebutkan hadis, أخبرنا الحسن بن سفيان، قال: حدثنا حبان بن موسى، قال: أخبرنا عبد الله، عن شعبة، عن، قتادة، عن أبي المليح، عن أبيه، قال: كنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم زمن الحديبية، فأصابنا سماء لم تبل أسافل نعالنا، فأمر رسول الله صلى الله عليه وسلم مناديه: «أن صلوا في رحالكم». "Telah mengabarkan kepada kami al-Hasan bin Sufyan, telah menceritakan kepada kami Hibban bin Musa, telah mengabarkan kepada kami Abdullah, dari Syu'bah, dari Qatadah, dari Abu al-Malih, dari ayahnya, dia berkata, 'Kami dahulu bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di waktu Hudaibiyah, lalu kami kehujanan dengan hujan yang tidak sampai membasahi bagian bawah sandal-sandal kami. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan muazinnya untuk mengumandangkan lafal, Shalluu fii rihaalikum (hendaknya kalian salat di rumah)'" (Shahīh Ibnu Hibbān, no. 2083). Di dalam hadis yang agung di atas menunjukkan kepada kita dengan sangat jelas bahwa hujan yang sangat rintik sekalipun yang tidak membasahi telapak kaki kita sudah termasuk disyariatkannya bagi seorang muslim untuk mengerjakan salat di rumah. Wallahua'lam 📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥 ✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail

(136) Noda Niat Thalabul Ilmi Ada beberapa bentuk kesedihan. Dan manusia tak bisa hidup lepas dari kesedihan. Hanya saja, kenapa dan untuk apa bersedih? Itulah pembedanya. Ada 2 sebab yang juga membuat bersedih. . Pertama ; tentang seorang santri yang berpotensi. Pintar. Cerdas. Baik-baik sa…

 .(135) Berkah Terhapus Tujuan menjual tentunya untuk laku. Bukan hanya laku, sebisa-bisanya dapat untung. Sedikit untung masih belum cukup, sebab sebagian orang ingin untung yang berlipat-lipat. Kecewa dan kesal akan dirasakan jika apa yang ditawarkan tidak kunjung terjual. Apalagi sudah habis-habisan beriklan. Besar-besaran promosi. Plus rayuan banyak discount dan hadiah. Pasti membikin beban di hati! Lebih-lebih jika modal menjual didapat dengan cara berutang. Ah, semakin berat dijalani. Banyak cara dapat ditempuh untuk membuat dagangan laku terjual. Bila perlu laris manis. Banyak pelanggan setia. Cara-cara untuk itu sudah tercerahkan dalam syari'at Islam. Semua cara bermuara pada satu ujung, yaitu kejujuran. Sebaliknya, ada cara-cara salah yang dipilih. Malah menabrak tatanan syari'at. Bukannya naik setelah terbalik, bukannya bangkit setelah terjepit, bukannya tegar walau sempat terlempar, justru semakin buruk dan terpuruk. Kenapa? Salah jalan. Jangan sering-sering bersumpah. Jangan membawa nama Allah Ta'ala dalam berucap. Apa tujuannya? Supaya barangnya laku. Agar dagangannya laris. Nabi Muhammad bersabda : الحَلِفُ مُنَفِّقَةٌ لِلسِّلْعَةِ، مُمْحِقَةٌ لِلْبَرَكَةِ " Bersumpah memang bisa membuat laku dagangan, namun akan menghapuskan berkahnya " HR Bukhari 2087 Muslim 1606 dari sahabat Abu Hurairah. Beliau juga mengingatkan : إيَّاكُمْ وكَثْرَةَ الحَلِفِ في البَيْعِ، فإنَّه يُنَفِّقُ، ثُمَّ يَمْحَقُ " Hati-hati kalian! Jangan banyak berucap sumpah untuk jual beli. Sungguh, hal itu memang bisa membuat laku, tapi setelahnya menghapus berkah " HR Muslim 1607 dari sahabat Abu Qatadah. Apalagi bukan saja bersumpah. Tidak sekadar menyebut nama Allah Ta'ala. Secara sadar ia bohong. Iya, berbohong dalam sumpahnya. Dengan sengaja ia berdusta. Iya, berdusta tapi dikamuflase dengan menyebut nama Allah Ta'ala. Dosanya akan semakin berat. Pasal yang dikenakan bisa berlapis. Kenapa untuk mencari keuntungan duniawi, ia merendahkan nama Allah? Kenapa demi memperoleh kesenangan materi, ia tak mengagungkan nama- Nya yang maha indah? Kenapa bawa-bawa agama karena ambisius dunia? Berdagang adalah aktivitas berjuang. Jual beli dihalalkan secara agama. Bahkan, Nabi Muhammad sangat pandai berniaga. Sahabat-sahabatnya banyak yang sukses berusaha di pasar. Sehingga, berdagang akan bernilai ibadah jika dijalankan dengan niat yang baik dan dengan cara yang benar. Oleh sebab itu, cara-cara kotor diharamkan. Semuanya lengkap dibahas dalam fikih Islam. Ketika ibadah yang suci telah dinodai dengan tendensi pribadi, ketika beramal dikotori oleh tujuan individual, bilamana niatan sudah berubah haluan, maka celakalah dan jadilah bencana. Allah Ta'ala berfirman ; مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan (QS Hud : 15) Ayat di atas semoga menjadi pengingat bahwa apa yang didapat sesuai dengan niat. Apa yang dipetik, tak meleset dari sasaran yang dibidik. Setiap orang akan mengetam apa yang ia tanam. Maka, periksalah niat! Sudahkah sesuai atau perlu diperbaiki? Benarkah atau harus berbenah? Terasa benar nasehat Ibnul Jauzi di bagian akhir surat beliau untuk putranya : "... Maka, janganlah engkau memberi nasehat melainkan dengan niat yang baik. Jangan sampai engkau berjalan kecuali dengan niat yang baik. Bahkan, janganlah engkau makan walau satu suapan melainkan dengan niat yang baik..." ( Laftatul Kabid, hal.72 ) Jadi, jika sudah berinvestasi. Sudah memplanning jauh-jauh hari. Habis-habisan beriklan. Besar-besaran promosi. Plus rayuan banyak discount dan hadiah. Lalu, tidak kunjung laku. Hanya sedikit yang tertarik. Sepi. Tidak seramai yang diangankan. Maka, periksalah niat! Sudahkah sesuai atau perlu diperbaiki? Benarkah atau harus berbenah? 21 Muharram 1444 H/19 Agustus 2022 t.me/anakmudadansalaf

RANGKUMAN FAEDAH BERHARGA DARI MUHADHARAH ASY-SYAIKH SHALAH KANTUSY 📝 Dirangkum oleh Al-Ustadz Abu 'Abdillah 'Afifuddin As-Sidawy hafizhahullah. 🔄 Terjemah dari rangkuman beliau: ❝ Faedah-faedah dari muhadharah Asy-Syaikh Shalah Kantusy hafizhahullah, 1. Pentingnya mengerahkan segenap usaha/wa…

 .SILSILAH BENTUK-BENTUK BERWALA' TERHADAP KAUM KAFIR Oleh : Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah 1. Meniru Mereka Dalam Berpakaian, Berbicara Dan Sebagainya "Karena meniru mereka dalam berpakaian, berbicara dan lain sebagainya menunjukkan kecintaan terhadap yang ditiru, oleh …

 .ADAKAH SALAT SUNAH SAFAR? Pertanyaan, Bismillah, afwan ustadz ijin bertanya apakah ada salat sunah ketika mau pergi safar atau salat sunnah safar? Jazakallahu khoyron ustadz. Jawaban, al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah, Disebutkan…

 .Catatan Kajian "Hal-hal yang Merusak Ukhuwah", al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Download Kajian : Sesi 1 | Sesi 2 | Sesi 3 | Sesi 4 | Sesi 5 | Sesi TJ Cinta Karena Allah, Benci Karena Allah Ukhuwah atau persaudaraan adalah ciri khas orang beriman di dunia dan akhirat. "Sesungguhnya h…

 .(133) Siapa Yang Membuat Lubang Untuk Mencelakakan Orang, Justru Dia Yang Akan Celaka Ada sebuah kitab, jika diterjemahkan judulnya, akan begini kira-kira : Cerita Unik, Kisah Aneh, Peristiwa Ganjil, Berita Ajaib, dan Nasehat Dammaj. Bersumber dari Majlis Adab Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi'i; Ahli Hadis Negeri Yaman. Penulis buku tentunya salah satu murid beliau. Di antara yang pernah diceritakan Syaikh Muqbil di majlis beliau adalah tentang Abu Ismail Abdullah bin Muhammad Al Harawi Al Anshari (halaman 117 dan 118 ) Kisah lengkapnya disampaikan oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala (18/512). Raja Seljuq kedua, yaitu Sultan Alp Arslan pernah melakukan kunjungan ke kota Harah. Kesempatan itu disalahgunakan oleh sejumlah tokoh untuk memfitnah Abu Ismail Al Harawi. Mereka datang menemui Al Harawi ke rumahnya. " Sultan datang berkunjung. Kami ingin bersama-sama menemui beliau untuk mengucapkan salam. Namun, sebelum itu, kami ingin mengucapkan salam terlebih dahulu kepada Anda ", ujar mereka. Tanpa diketahui Al Harawi, diam-diam mereka meletakkan sebuah patung kecil dari tembaga di bawah sajadah salat Al Harawi. Setelah bertemu Sultan, mereka memfitnah, " Al Harawi seorang mujassim. Dia menyimpan sebuah patung di tempat salatnya. Dia meyakini Allah memiliki wujud seperti patung tersebut " Mendengar itu, Sultan Alp Arslan marah. Beliau memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk menghadirkan Abu Ismail. Sekaligus memeriksa kebenaran informasi orang-orang itu. Benar saja! Para pengawal menemukan patung tembaga di lokasi salat Al Harawi. " Tahukah engkau apa ini? ", Sultan bertanya. Al Harawi menjawab, " Ini patung tembaga. Seperti mainan anak-anak " " Bukan itu yang saya tanyakan!" bentak Sultan. " Lalu, mengenai apa yang ditanyakan Sultan? ", kata Al Harawi. Sultan Alp menjelaskan, " Orang-orang itu bilang engkau menyembah patung ini. Engkau meyakini Allah memiliki wujud seperti patung ini " Al Harawi tersadar bahwa beliau difitnah. Ada orang-orang menghasut Sultan. Dengan lantang, keras, dan penuh keyakinan, Al Harawi menyatakan, " Maha suci Engkau, yaa Allah! Ini semua tuduhan dusta yang nyata! " Mendengar itu, Sultan merasa ada yang janggal. Kata-kata Al Harawi benar-benar mengena dan sangat terasa. Sultan sadar bahwa Al Harawi lah yang berada di posisi yang benar. Al Harawi lantas dimuliakan dan dihantarkan pulang ke rumah dengan penghormatan. Kepada orang-orang yang memfitnah, Sultan bertanya dengan ancaman. Supaya mereka mengaku. Dan mereka akhirnya mengakui. Ketika ditanyakan apa sebabnya? " Di hadapan khalayak umum, kami tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dia. Maka, kami ingin memutus itu semua ", mereka beralasan. Sultan lalu memerintahkan agar mereka diusir dan dihinakan. Subhanallah! Oleh penulis, kisah di atas diberi judul : Barangsiapa membuat lubang untuk mencelakai saudaranya, justru dialah yang akan terperosok. Cerita di atas menarik dicermati : 1. Siapa yang berbuat, dialah yang akan menanggung akibat. Siapa menabur benih, dia juga yang akan memanennya. 2. Balasan sesuai perbuatan. Apa yang didapat tergantung apa yang diperbuat. 3. Hati-hati dan takutlah untuk berlaku jahat. Apalagi bukan sebatas berniat. Sudah nyata-nyata berbuat. Sebab, hukuman atasnya sudah menunggu; jauh atau dekat. 4. Walau merasa sudah rapi dan teliti merancang kejahatan, ada saatnya terungkap. Karena tidak ada kejahatan yang sempurna. 5. Jangan karena alasan iri. Jangan karena alasan, kenapa saudaranya bisa lebih diterima orang lain, lebih disukai dan lebih diikuti, sementara dirinya tidak, lantas membuat-buat cara untuk menjatuhkan. Jangan! 6. Salah satu sebab iri adalah melihat kenyataan bahwa saudaranya lebih banyak diikuti dan lebih disukai. Sementara dirinya, hanya sedikit yang menyukai. Merasa tidak dihargai. Daripada iri, akan lebih baik jika instrospeksi diri. 7. Berbuat baik tidak perlu takut. Tidak ada rasa khawatir. Berbuat baiklah dan ikhlaskan niat. Allah yang melindungi. Allah yang menjagamu. Lendah, 04 Muharram 1444 H/02 Agustus 2022 t.me/anakmudadansalaf ---------------- Siapa Yang Membuat Lubang Untuk Mencelakakan Orang, Justru Dia Yang Akan Celaka ( bagian II ) Kalimat di atas bukanlah riwayat hadis dari Rasulullah ﷺ. Jika diteliti agak jauh, kalimat tersebut diriwayatkan sebagai ucapan Ka'ab Al Ahbar dan Abdullah bin 'Amr. Walau lebih tepat dinyatakan sebagai kalimat bijak di kalangan orang Arab. As Sakhawi dalam Al Maqashidul (hal. 1113) menukil tanggapan Al Hafiz Ibnu Hajar, " Saya tidak menemukan sumber riwayatnya" As Sakhawi justru menyebutkan diskusi antara Ka'ab Al Ahbar dengan sahabat Ibnu Abbas mengenai status kalimat di atas. " Kami menemukannya di dalam Al Qur'an", kata Ibnu Abbas. Setelahnya, beliau membaca firman Allah Ta'ala : وَلَا يَحِيْقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ اِلَّا بِاَهْلِهٖ " Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri " ( Fathir 43) Membuat makar artinya : bertipu muslihat, akal busuk, merekayasa rencana jahat, secara licik ingin menjatuhkan orang, dan itu semua di akhir cerita justru akibatnya akan menimpa pelakunya. Cepat lambat akan tersingkap. Kalau tidak hari ini, esok tentu terungkap. Kebenaran tak bisa disembunyikan. Sebab, cahaya dapat menembus banyak batas. Banyak kisah dalam Al Qur'an yang harus dibaca agar hadir rasa takut berbuat makar. Coba ulang-ulang kisah Nabi Yusuf! Berapa lapis makar dan berapa babak tipu muslihat diarahkan kepada Nabi Yusuf? Makar abang-abangnya, makar para kafilah, dan makar perempuan, adalah bukti beratnya ujian Nabi Yusuf. Ada putar balik fakta, berpura-pura sebagai korban, diskenariokan selaku yang terzalimi, diperparah lagi dengan menyerang orang lain dengan fitnah dan berita hoaks, seakan-akan orang lain itulah yang membuat onar, yang membikin masalah, dan orang lainlah yang memperkeruh keadaan. Ia lupa dan tidak sadar, bahwa akibatnya justru ia yang menanggung. Syaikh Muqbil Al Wadi'i ( Minal Majalis Al Adabiyyah, hal 118-120 ) bercerita tentang kisah Mas'ud bin Ali Al Ansi. Cerita lengkapnya dalam Hajrul Ilmi (2/731-732) Di akhir abad ke- 5 hijiriah, sejumlah pejabat qadhi di wilayah Yaman menaruh hasad kepada Mas'ud. Dikarenakan banyak masyarakat yang senang dan tertarik dengan penjelasan-penjelasan fikihnya. Suatu saat, Mas'ud difitnah. Teks jawaban tertulis dari Mas'ud diubah-ubah titiknya. Menanggapi sebuah jawaban fikih yang tidak tepat, Mas'ud menulis: هذا المجيب لا يعرف شيئا " Pemberi jawaban tidak mengetahui sama sekali ". Namun, di zaman itu, memang masih terbiasa huruf-huruf Arab tidak diberi titik. Oleh pihak-pihak yang hasad, teks jawaban itu diubah menjadi : هذا المخنث لا يعرف شيئا " Si banci ini tidak mengetahui sama sekali " Pemberi jawaban ( المجيب ) diubah menjadi si banci ( المخنث ). Setelah itu, ramai-ramai mereka melapor kepada Saifus Salam, penguasa setempat, dan menyatakan, " Wahai penguasa kami, muncul seseorang mengaku-aku pandai fikih. Orang itu sering menghina ahli-ahli fikih yang ada dan membodoh-bodohkan mereka. Tidak cukup dengan kata-kata, bahkan orang itu melakukan dalam bentuk tulisan" Teks jawaban Mas'ud yang telah diubah-ubah lalu diserahkan sebagai bukti. Saifus Salam langsung marah dan memerintahkan agar Mas'ud bin Ali dibawa menghadap. Di depan orang banyak, Saifus Salam menanyakan kebenaran tulisan itu. " Subhanallah! Apakah akal-akal yang waras sudah tidak bisa lagi membedakan antara warna huruf dan warna titik-titiknya?", Mas'ud membela diri. Memang! Ada perbedaan tinta yang dipakai oleh Mas'ud dengan pihak yang memfitnah. Saifus Salam pun sadar tentang apa yang sedang terjadi. Beliau mengerti ada upaya untuk menghasut. Beliau perintahkan agar Qadhi Ahmad, selaku dalangnya, dipecat dari jabatannya, sementara Mas'ud bin Ali diangkat sebagai Qadhi baru. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Berhati-hatilah! Jangan berpikir untuk mencelakakan orang lain. Jangan berencana untuk menjatuhkan orang lain. Sebab, yang akan celaka dan jatuh adalah dirinya sendiri. Semoga Allah memberi hidayah untuk kita. Lendah, 13 Muharram 1444 H/11 Agustus 2022 t.me/anakmudadansalaf

KEJAHILAN, TIDAK SEMUA ORANG DAPAT UDZUR KARENANYA . Al Ustadz Usamah Faishol Mahri Hafizhahullah Syaikhul Islam juga menyebutkan: Tercela orang yang jahil itu saat telah dijelaskan kepadanya al-Haq, tetap dia tinggalkan. Atau dia kurang di dalam.. kurang semangat, kurang bers…

PENTINGNYA INTROSPEKSI ATAU MUHASABAH KENAPA TEMAN DAN SAHABAT MENJAUH DARIMU Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafizhahullah Kalau. 👉🏾Kita ingin dicintai oleh teman kita, 👉🏾Kita ingin dihormati oleh teman kita, 👉🏾Kita ingin dimuliakan oleh teman kita, 🗝Kuncinya hanya satu, apa itu? Perba…